MINEWS, JAKARTA – Gunung Tangkuban Perahu kembali erupsi pada Jumat 26 Juli 2019. Gunung yang terkenal dengan legenda Sangkurang ini meletus sekitar pukul 15.48 WIB.
Teramati tinggi kolom abu Gunung Tangkuban Perahu sekitar 200 meter di atas atau tepatnya di 2.284 mdpl. Kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur laut dan selatan.
Dalam sejarahnya, gunung yang mengapit dua wilayah yakni Subang dan Bandung ini terakhir meletus pada tahun 2013. Legenda Sangkuriang pun menjadi awal terbentuknya Gunung Tangkuban Parahu.
Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan Van Bemmelen (1934), Tangkuban Parahu terbentuk setelah meletusnya Gunung Sunda Purba, sekitar 50.000 tahun yang lalu. Begitu hebatnya sehingga meninggalkan lubang menganga dengan diameter 5-10 km.
Lubang menganga bekas letusan tersebut di beri nama kaldera sunda, yaitu Tangkuban Parahu. Proses terbentuknya gunung ini sama halnya dengan anak gunung krakatau yang lahir tahun 1927.
Dalam kurun waktu hampir 200 tahun ini gunung ini tidak pernah meletus hebat. Asal tahu saja, erupsi Tangkubanparahu dewasa ini tergolong fasa C (masih dalam tahap pembentukan/pertumbuhan gunung), berupa erupsi esplosif yang kecil-kecil saja dan kadang-kadang diselingi oleh erupsi freatik.
Secara nyata ikhtisar erupsinya dapat diuraikan sebagai berikut:
• Tahun 1829: Letusan berupa abu dan batu dari Kawah Ratu dan Domas.
• Tahun 1846: Terjadi peningkatan kegiatan.
• Tahun 1896: Terbentuk fumarol baru di sebelah utara Kawah Badak dari Kawah Ratu.
• Tahun 1910: Kolom asam membumbung setinggi 2 Km di atas dinding kawah, letusan berasal dari Kawah Ratu.
• Tahun 1926: Letusan freatik di Kawah Ratu membentuk lubang Ecoma.
• Tahun 1935: Lapangan fumarol baru disebut Badak terbentuk, 150 m ke arah selatan baratdaya dari Kawah Ratu
• Tahun 1952: Letusan abu didahului oleh letusan hidrotermal freatik
• Tahun 1957: Letusan freatik di Kawah Ratu, terbentuk lubang kawah baru
• Tahun 1961: Terjadi letusan freatik Gunung api Tangkuban Perahu
• Tahun 1965: Terjadi letusan freatik Gunung api Tangkuban Perahu
• Tahun 1967: Terjadi letusan freatik Gunung api Tangkuban Perahu
• Tahun 1969: Letusan freatik didahului letusan lemah yang menghasilkan abu
• Tahun 1971: Letusan freatik
• Tahun 1983: Awan abu membumbung setinggi 150 m di atas Kawah Ratu.
• Tahun 1992: Peningkatan kegiatan kuat dengan gempa seismik dangkal dan letusan freatik kecil
• Tahun 1994: Letusan freatik di kawah baru
• Tahun 1999: Peningkatan aktivitas
• Tahun 2002: Peningkatan aktivitas
• Tahun 2005: Peningkatan aktivitas
• Tahun 2013: Beberapa kali terjadi peningkatan aktivitas (Februari, Maret, Oktober). Sejarah baru terjadi dengan 11 kali letusan freatik dalam kurun waktu 4 hari (5-10 Oktober 2013)