MATA INDONESIA, JAKARTA – Ekonomi digital kini sudah berkembang pesat. Semakin dominannya peran perusahaan teknologi yang memiliki kapital besar membuat perkembangan model keuangan digital menjadi utama.
Digitalisasi kini telah menjadi sebuah keniscayaan. Bahkan sebelum pandemi Covid-19, kemajuan teknologi digital termasuk intelegensia artifisial oleh perusahaan teknologi besar menjadi hal yang biasa.
Di tengah terjadinya wabah, perusahaan teknologi bahkan mampu menyediakan jasa layanan pribadi dan ekonomi keuangan melalui handphone maupun gadget lain, kapan pun, dan di mana pun.
Indikator itu bisa terlihat dari jasa layanan e-commerce, salah satu layanan berbasis digital. Melalui platform itu, konsumen kini dapat memenuhi pelbagai kebutuhannya untuk bertransaksi ekonomi dan keuangan semakin cepat dan sering. Meski dari sisi nilai per transaksi masih skala kecil (ritel).
Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan, layanan berbasis digital semakin moncer di tengah wabah Covid-19. Sebab, adanya pembatasan mobilitas aktivitas manusia, digitalisasi ekonomi keuangan, dan sistem pembayaran berkembang sangat cepat.
Apa saja yang termasuk layanan ekonomi berbasis digital? Mengutip data riset Google, Temasek dan Bain yang bertajuk ‘e-Conomy SEA 2021’, mereka memasukkan layanan ekonomi digital seperti e-commerce, berbagi tumpangan (ride hailing) dan pesan-antar makanan, media digital, online travel, serta layanan finansial.
Riset itu juga memprediksi, nilai ekonomi digital Indonesia akan mencapai USD 70 miliar atau Rp 998 triliun (kurs Rp14.260 per USD) tahun ini. Dari sejumlah layanan itu, kontribusi terbesar adalah layanan e-commerce, layanan transportasi dan pesan antar makanan.
Laporan itu menyebutkan bahwa sektor e-commerce yang menyumbang transaksi paling besar bagi ekonomi digital di Indonesia akan mencapai USD 53 miliar atau Rp 755 triliun tahun ini. Di sisi lain, BI pernah merilis proyeksi transaksi e-commerce mencapai Rp 403 triliun pada tahun 2021 ini.
Nilainya akan melesat menjadi USD 104 miliar pada 2045. Nilai transaksi sektor transportasi online dan pesan-antar makanan tahun ini sebesar USD 6,9 miliar atau Rp 98,4 triliun. Nilai itu menjadi USD 16,8 miliar dalam empat tahun mendatang.
Transaksi Naik
Nah, bagaimana bisnis layanan e-commerce tahun depan? Bila riset Google dan kawan-kawan menyebutkan sumbangan bisnis e-commerce mencapai Rp 755 triliun (USD53 miliar), data BI memperkirakan transaksi e-commerce pada tahun depan naik 31,4 persen pada tahun depan. Atau nilai transaksinya bisa mencapai Rp 530 triliun.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, semua jenis transaksi keuangan dan ekonomi digital akan tumbuh dua digit pada tahun depan, termasuk transaksi di e-commerce, uang elektronik, dan digital perbankan.
“Ekonomi dan keuangan digital meningkat pesat pada tahun 2022, transaksi e-commercemencapai Rp530 triliun,” kata Perry dalam pidatonya di acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Rabu 24 November 2021.
Perry juga memberikan outlook soal layanan keuangan digital yang akan naik pesat pada tahun depan. Misalnya, transaksi uang elektronik. Bank sentral itu memprediksi terjadi kenaikan hingga 16,3 persen dari Rp 289 triliun pada tahun ini menjadi Rp 337 triliun.
Begitu juga dengan transaksi menggunakan bank digital juga akan semakin besar menjadi Rp 48 ribu triliun tahun depan, atau kenaikan 21,8 persen dari outlook tahun ini Rp 40 ribu triliun.
Bagi Bank Indonesia, keniscayaan ekonomi digital sudah tidak bisa dibendung lagi. Bank Indonesia, tambah Perry Warjiyo, terus mengakomodasi dan beradaptasi dengan perkembangan tersebut. Bank Indonesia akan terus menggenjot perluasan digitalisasi sistem pembayaran.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga menambahkan, lembaga itu tetap mempersiapkan sejumlah strategi untuk mendukung target tersebut. Salah satu langkah yang dilakukan melalui penguatan konsolidasi industri.
Bentuknya, berupa membangun ekosisitem end-to-end antara perbankan digital, fintech, dan e-commerce. “Ini termasuk upaya BI mendukung terbentuknya unicorn-unicorn yang tangguh. Selain itu, BI akan terus mengembangkan infrastruktur sistem pembayaran yang modern,” ujar Perry Warjiyo.
Dari gambaran di atas, seperti yang disampaikan Bank Indonesia, ke depannya, bisnis berbasis digital semakin menjanjikan. Indonesia yang perhatian dan terus mengembangkan ekonomi berbasis digital sudah mengambil langkah yang tepat dengan menempatkan ekonomi digital sebagai penopang pertumbuhan ekonomi bangsa ini.