Terbongkar, ISIS Ternyata ‘Proyek’ Paman Sam

Baca Juga

MATA INDONESIA, KABUL – Beberapa mantan anggota dinas intelijen yang dilatih Amerika Serikat (AS) dan unit militer elit Afghanistan, kabarnya mendaftar untuk menjadi anggota ISIS. Harapannya, mereka dapat melawan penguasa baru, Taliban.

Menurut para pemimpin Taliban, jumlah mereka yang bergabung dengan kelompok teroris itu relatif kecil, tetapi terus bertambah. Dan yang paling penting, rekrutan baru ini memiliki keahlian dalam pengumpulan intelijen dan teknik perang, yang berpotensi memperkuat kemampuan organisasi ekstremis untuk melawan supremasi Taliban.

Seorang perwira tentara nasional Afghanistan yang memimpin gudang senjata dan amunisi militer di Gardez, ibukota provinsi Paktia tenggara, bergabung dengan afiliasi regional kelompok ekstremis itu, Negara Islam-Provinsi Khorasan atau ISIS-K. Namun, ia tewas sepekan lalu dalam bentrokan dengan pejuang Taliban, menurut mantan pejabat Afghanistan yang mengenalnya.

Mantan pejabat itu mengatakan beberapa pria lain yang dia kenal – semua anggota intelijen dan militer bekas republik Afghanistan, juga bergabung dengan ISIS setelah Taliban menggeledah rumah mereka dan menuntut agar mereka menghadap otoritas baru negara itu.

Seorang penduduk distrik Qarabagh di utara Kabul mengatakan sepupunya yang merupakan mantan anggota senior pasukan khusus Afghanistan sekarang menjadi bagian dari ISIS. Ia juga mengungkapkan, empat anggota tentara nasional Afghanistan yang ia kenal juga menjadi bagian dari ISIS.

“Di beberapa daerah, ISIS telah menjadi sangat menarik bagi mantan anggota pasukan keamanan dan pertahanan Afghanistan yang telah ditinggalkan,” kata Rahmatullah Nabil, mantan kepala badan mata-mata Afghanistan, Direktorat Keamanan Nasional, melansir Fox, Senin, 1 November 2021.

“Jika ada perlawanan, mereka akan bergabung dengan perlawanan. Tapi, untuk saat ini, ISIS adalah satu-satunya kelompok bersenjata lainnya,” sambungnya yang meninggalkan Afghanistan beberapa hari sebelum Taliban mengambil alih kekuasaan.

Sejak kembali berkuasa pada 15 Agustus, pasukan Taliban membasmi gerakan perlawanan di lembah Panjshir yang dipimpin oleh Ahmad Massoud, putra komandan anti-Taliban Ahmad Shah Massoud yang dibunuh oleh al Qaeda tahun 2001. Para pemimpin perlawanan kemudian melarikan diri ke luar negeri.

Taliban telah lama menuduh bahwa Negara Islam-Provinsi Khorasan atau ISIS-K adalah ciptaan dinas intelijen Afghanistan dan AS yang bertujuan untuk menabur perpecahan dalam pemberontakan Islam. Namun, klaim ini dibantah oleh Washington dan oleh mantan pemerintah Kabul.

Ratusan ribu mantan perwira intelijen republik Afghanistan, tentara dan personel polisi menganggur dan takut akan hidup mereka meskipun ada janji amnesti dari Taliban.

Hanya sebagian kecil dari mereka, kebanyakan di Direktorat Keamanan Nasional, telah kembali bekerja di bawah pengawasan Taliban. Seperti hampir semua pegawai pemerintah Afghanistan lainnya, mereka belum dibayar selama berbulan-bulan.

“Persis seperti itu dimulai di Irak—dengan para jenderal Saddam Hussein yang kecewa. Kamu harus berhati-hati,” seorang pejabat senior Barat memperingatkan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stabilitas Nasional Pasca Pilkada Merupakan Tanggung Jawab Bersama

JAKARTA - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 yang baru saja berlangsung di berbagai wilayah di Indonesia, telah menunjukkan kemajuan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini