Hari Ohi, Saat Bangsa Yunani Kenang Keberanian Moyang Mereka Katakan “Tidak” Kepada Italia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pada hari ini, menjadi momen yang selalu dikenang oleh orang Yunani di seluruh dunia. Ya, tepatnya Hari Ohi yang juga dikenal dengan Hari Oxi atau Hari Ochi.

Hari Ohi dijadikan hari libur dan perayaan nasional. Peringatan ini dilakukan oleh orang Yunani dan Siprus di seluruh dunia setiap tahun yang selalu jatuh pada 28 Oktober.

Hari Ohi diperingati untuk mengenang Perdana Menteri Yunani, Ioannis Metaxas, yang menolak pasukan Italia memasuki perbatasan Yunani pada 28 Oktober 1940, saat kedua negara terlibat perang.

Setelah menerima ultimatum dari Italia, ia menjawab dalam bahasa Prancis (bahasa diplomatik pada waktu itu) bahwa Yunani menolak permintaan Italia, meski harus berakhir dengan perang kedua negara.

Masyarakat pun turun ke jalan, sambil berteriak “Oxi!” yang artinya “Tidak!” dalam bahasa Yunani. Ini menjadi keputusan berani dari Metaxas dan jutaan orang Yunani meyakini itu sebagai tindakan kepahlawanan.

Tidak hanya menolak keinginan Benito Mussolini yang saat itu menjadi kepala pemerintahan Italia, namun orang-orang Yunani juga membuat orang-orang Italia mundur ke Albania tak jadi menganeksasi Yunani.

Apabila Metaxas tidak menolak, maka perang dunia ke-2 akan berlangsung lama. Teori lainnya mengatakan, jika Yunani menyetujui masuknya Italia, Hitler akan menginvasi Rusia saat musim semi.

Di Athena, pada Hari Oxi akan ada parade dan penutupan jalan di sekitar area, dimulai pukul 11:00 waktu setempat.

Ada parade marching band, klub, serta anak-anak sekolah berbaris melalui pusat kota di sepanjang Leoforos Vasilissis Amalias Avenue hingga melewati Parlemen Hellenic di Syntagma Square sampai ke jalan Panepistimiou.

Pada 28 Oktober ini juga diwarnai pemutaran lagu populer seperti “Women of Epirus” dan adanya pawai Pindos.

Selain itu, rumah-rumah penduduk Yunani akan dipasangi bendera, lalu peletakan karangan bunga di berbagai peringatan militer di negara ini, dan diwajibkan berdiri saat lagu kebangsaan “Hymn to Liberty” yang diputar di akhir acara sebagai bentuk penghormatan kepada pahlawan dan negara.

Musik revue pun diputar sepanjang hari seperti halnya karikatur yang menggambarkan Mussolini lebih lemah dari Bangsa Yunani. Warga umumnya tampil mengenakan Tsarouchi, sepatu tradisional Yunani. (Annisaa Rahmah)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Adu Gagasan Debat Terakhir Pilkada Kudus 2024, Pengamat: Bellinda Lebih Visioner Ketimbang Hartopo

Kudus - Pasangan calon (paslon) Pilkada Kabupaten Kudus 2024 beradu gagasan dalam debat terbuka kedua yang digelar Komisi Pemilihan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini