Piala Thomas dan Uber: Tim Putra Indonesia Susah Payah Bendung Thailand

Baca Juga

MATA INDONESIA, AARHUS – Tim bulutangkis putra Indonesia susah payah mengalahkan Thailand di laga kedua Piala Thomas dan Uber 2020. Tim Merah Putih menang 3-2.

Indonesia tertinggal 0-1 setelah di partai pertama Anthony Sinisuka Ginting dikalahkan Kantaphon Wangcharoen, 21-16, 22-24, 23-25 .

Poin terakhir yang memenangkan Wangcharoen, terjadi karena Ginting mengira pukulan smash ke arah badan lawan bisa mematikan. Ternyata refleks Wancharoen pas dan bisa mengembalikan shuttlecock halus ke sisi depan dan tak terjangkau Ginting.

“Di poin-poin kritis itu tak hanya faktor fisik dan teknik yang menentukan. Tetapi juga ada faktor mental dan keberuntungan,” ujar Ginting.

Indonesia menyamakan skor di partai kedua setelah Marcus Fernaldi Gideon/Keivn Sanjaya Sukamuljo mengalahkan Supak Jomkoh/Kittinupong Kedren, 19-21, 21-18, 21-13.

Thailand kembali unggul 2-1 setelah Jonatan Christie gagal membendung Kunlavut Vitidsarn. Peraih medali emas Asian Games 2018 itu kalah 10-21, 14-21.

“Saya kurang sabar dan banyak melakukan kesalahan sendiri. Ketika lawan bermain cepat, saya sebenarnya lebih diuntungkan. Tetapi saya kurang sabar dan akhirnya banyak mati sendiri. Begitu lawan mengubah dengan bermain pelan, saya juga terbawa. Ketika dia memperlambat tempo permainan, saya jadi kurang nyaman,” ujarnya.

Indonesia menyamakan skor berkat kemenangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Mereka meraih kemenangan relatif mudah atas Natthapat Trinkajee/Tanupat Viriyangkura, 21-9 dan 21-12.

Kemenangan Indonesia ditentukan tunggal ketiga, Shesar Hiren Rhustavito. Tampil cukup apik, Vito menang tiga gim atas Aldurach Namkul, 23-21, 10-21, 21-8.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PPN Naik, Harga Meroket, Program MBG Kontroversi, Indonesia di Ambang Jurang?

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tahun 2024 menjadi tahun penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Indikasi kondisi kritis terlihat dari melambatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya gelombang PHK, hingga penurunan kelas sosial kelompok menengah. Salah satu kebijakan terbaru yang menuai kontroversi adalah rencana pemerintah untuk menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025.
- Advertisement -

Baca berita yang ini