MATA INDONESIA, PYONGYANG – Korea Utara melakukan uji coba rudal jelajah jarak jauh selama akhir pekan, Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan. Menariknya, uji coba ini dilakukan di tengah kebuntuan panjang dengan Amerika Serikat (AS) terkait denuklirisasi.
Peluncuran tes, yang berlangsung pada Sabtu dan Minggu kemarin, turut diamati oleh pejabat tingkat tinggi, kata KCNA, seraya mengklaim bahwa uji coba rudal jelajah jarak jauh itu berhasil.
Rudal tersebut melakukan perjalanan selama 7.580 detik di sepanjang orbit penerbangan oval dan pola-8 di atas Korea Utara dan perairan teritorialnya, dan mencapai target 1.500 kilometer jauhnya.
“Rudal ini sebagai senjara straategis yang sangat penting. Dan secara keseluruhan, efisiensi dan kepraktisan operasi sistem senjata dipastikan sangat baik,” demikian pernyataan laporan tersebut, melansir France24, Senin, 13 September 2021.
“Pengembangan sistem rudal memiliki signifikansi strategis, memberi Korea Utara alat pencegahan lain yang efektif untuk melindungi negara dan membantu dengan kuat menahan manuver militer dari pasukan musuh,” sambungnya.
Pentagon belum berkomentar terkait peluncuran uji coba rudal jelajah jarak jauh Korea Utara, yang terjadi hanya beberapa hari setelah parade skala kecil di Pyongyang untuk menandai ulang tahun ke-73 berdirinya negara tersebut.
Korea Utara biasanya memamerkan rudal—baik nyata atau model, pada parade semacam itu, tetapi kali ini, senjata terbesar yang dipamerkan adalah artileri yang diseret oleh traktor.
Peluncuran uji coba rudal akhir pekan adalah yang pertama oleh Korea Utara sejak Maret dan Pyongyang belum melakukan uji coba nuklir atau peluncuran rudal balistik antarbenua sejak 2017.
Sebagai catatan, Pyongyang berada di bawah berbagai sanksi internasional atas kepemilikan senjata nuklir dan program rudal balistiknya. Pembicaraan nuklir dengan AS telah terhenti sejak runtuhnya KTT 2019 di Hanoi antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan mantan Presiden AS Donald Trump mengenai keringanan sanksi—dan apa yang bersedia diserahkan Pyongyang sebagai imbalannya.
Utusan Korea Utara untuk AS saat ini, Sung Kim, telah berulang kali menyatakan kesediaannya untuk bertemu dengan rekan-rekannya di Pyongyang di mana saja dan kapan saja.
Tetapi Korea Utara yang miskin tidak pernah menunjukkan indikasi akan bersedia menyerahkan persenjataan nuklirnya, dan telah menolak upaya negara tetangga, Korea Selatan untuk menghidupkan kembali dialog.
Bulan lalu, badan atom PBB (IAEA) mengatakan Pyongyang tampaknya telah memulai reaktor pemrosesan ulang yang memproduksi plutonium di Yongbyon, menyebutnya sebagai perkembangan yang sangat meresahkan.
Pekan lalu, Korea Selatan menguji rudal balistik kapal selam yang diluncurkan di dalam negeri—sebuah teknologi yang telah lama dikembangkan oleh Korea Utara.
Korea Utara memamerkan empat perangkat semacam itu pada parade militer yang diawasi oleh Kim pada bulan Januari, dengan KCNA menyebutnya sebagai senjata paling kuat di dunia.
Tetapi sementara Korea Utara telah merilis gambar peluncuran bawah laut, yang terbaru tahun 2019, para analis percaya bahwa itu berasal dari platform tetap atau tongkang submersible, bukan dari kapal selam.