Bebas dari Penjara, Pelaku Penamparan Presiden Macron: Saya Tidak Menyesal!

Baca Juga

MATA INDONESIA, PARIS – Masih ingat dengan pelaku penamparan terhadap Presiden Prancis, Emmanuel Macron? Setelah dibebaskan dari penjara, pelaku bernama Damien Tarel itu menegaskan bahwa ia tidak pernah menyesali perbuatannya.

Pada Juni, pengadilan di Prancis memvonis Tarel empat bulan penjara. Ia kemudian dibebaskan pada Sabtu (11/9) pagi waktu setempat. menurut stasiun radio France Bleu, Tarel dibebasan dari penjara dua jam lebih awal dari yang direncanakan.

Keputusan ini diambil guna menghindari keramaian dan perhatian media yang berlebihan terhadapnya. Selain hukuman penjara, Tarel juga harus membayar denda sebesar 45 ribu Euro atau sekitar 781,6 juta Rupiah.

“Saya tidak menyesalinya… Saya menerima banyak surat dukungan. Saya bisa bertahan hanya berkat semua dukungan ini, yang mereka berikan kepada saya, khususnya, dengan mengirimkan saya buku, “kata Tarel kepada BFMTV, melansir Sputnik.

”Namun, itu hanya tamparan kecil di wajah, saya pikir Macron pulih dengan sangat cepat,” tegas Tarel menambahkan bahwa orang Prancis disumpal dan satu-satunya cara untuk memprotes terhadap tindakan pihak berwenang adalah dengan demonstrasi.

Sebagai catatan, pria berusia 28 tahun itu merupakan penggemar sejarah abad pertengahan. Kepada pengadilan di Valence di Prancis selatan, Tarel mengatakan bahwa ia melakukan hal tersebut karena Presiden Macron membela semua yang busuk.

Ia juga mengungkapkan, beberapa hari sebelum kunjungan Macron ke wilayah Drome di Prancis selatan, dia telah berpikir untuk melemparkan telur atau krim tart ke Presiden Macron, tetapi menambahkan bahwa tamparan itu tidak direncanakan.

Sementara Macron menggambarkan serangan itu sebagai insiden yang terisolasi yang penuh kebencian dan merupakan ancaman bagi demokrasi. Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, Macron mengulurkan tangannya untuk menyapa seorang pria di antara sebuah kerumuman yang berdiri di belakang pagar penghalang logam.

Saat itu, Macron sedang mengunjungi sebuah perguruan tinggi pelatihan profesional untuk industri perhotelan. Namun, Tarel yang memakai kaos berwarna khaki itu berteriak “Ganyang Macronia” atau dalam bahasa Prancis berbunyi “A Bas La Macronie”.

Slogan yang diteriakkan Tarel kala itu telah dikooptasi dalam beberapa tahun terakhir oleh kaum royalis dan orang-orang sayap kanan di Prancis, kata seorang ilmuwan politik yang mempelajari ekstremis Prancis, Fiametta Venner.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Mahasiswa Telkom University Gelar Cendrawaku 2024: Perayaan Meriah Budaya Maluku dan Papua

BANDUNG — Ikatan Mahasiswa Maluku dan Papua (IMMAPA) Telkom University sukses menyelenggarakan Cendrawaku 2024, sebuah festival budaya yang memukau...
- Advertisement -

Baca berita yang ini