Mama Mia! Ronaldo Cetak Rekor di Level Internasional

Baca Juga

MATA INDONESIA, FARO – Cristiano Ronaldo mencetak dua gol ke gawang Repulik Irlandia. Dua gol yang sekaligus mencatatkan namanya di buku rekor.

Portugal susah payah meraih kemenangan atas Irlandia 2-1 dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2022, Kamis 2 September 2021 dini hari WIB di Estadio Algavre.

Portugal tertinggal 0-1 di babak pertama. Pertahanan rapat Irlandia membuat tim tuan rumah kesulitan. Beruntung, Portugal punya Ronaldo. Dia memecah kebuntuan di menit ke-88 sekaligus menyamakan skor.

Di saat semua orang mengira laga akan berakhir imbang 1-1, Ronaldo muncul sebagai pahlawan berkat golnya di menit ke-95. Gol yang membawa Selecao das Quinas menang dramatis 2-1.

Tak hanya membawa tiga poin, Ronaldo mencatatkan pencapaian personal. Dengan dua gol ke gawang Irlandia, dia memecahkan rekor legenda Iran, Ali Dae, sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah di level internasional.

Sebelumnya, Ali Daei mencatatkan 109 gol atau sama dengan yang dikemas Ronaldo. Dengan dua gol ini, artinya pemain 36 tahun itu menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah di level internasional.

Sebelumnya, Ronaldo juga mengukir sejarah di ajang Piala Eropa 2020. Dengan total 11 gol, CR7 menjadi topskorer sepanjang masa turnamen tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini