13 Bulan Dirawat Intensif, Bayi Terkecil di Dunia Diizinkan Pulang

Baca Juga

MATA INDONESIA, SINGAPURA Seorang bayi yang lahir di Singapura tahun lalu, yang diyakini sebagai bayi terkecil di dunia akhirnya diizinkan pulang. Lahir secara prematur, bayi bernama Kwek Yu Xuan harus dirawat di rumah sakit selama lebih dari setahun.

Kwek Yu Xuan yang dilahirkan melalui operasi caesar darurat pada Juni 2020 di National University Hospital Singapura, hanya memiliki berat badan di bawah 7,5 ons atau kira-kira seukuran apel besar. Alhasil, bayi itu harus menghabiskan waktu selama 13 bulan di Unit Perawatan Intensif Neonatal rumah sakit sebelum diizinkan pulang.

Ibu Yu Xuan melahirkannya melalui operasi sesar darurat empat bulan lebih cepat dari jadwal setelah ia didiagnosis dengan kondisi pre-eklampsia, yakni sebuah kondisi tekanan darah tinggi berbahaya yang berisiko merusak organ vital dan berakibat fatal bagi ibu dan bayinya.

“Melawan kemungkinan, dengan komplikasi kesehatan yang hadir saat lahir, dia telah menginspirasi orang-orang di sekitarnya dengan ketekunan dan pertumbuhannya,” demikian pernyataan pihak rumah sakit, melansir USA Today.

Pemegang rekor bayi terkecil di dunia sebelumnya adalah seorang bayi perempuan di Amerika Serikat yang memiliki berat hanya 245 gram saat lahir tahun 2018, menurut Pendaftaran Bayi Terkecil di Universitas Iowa.

Pihak rumah sakit dalam pernyataannya juga menggambarkan bayi itu sebagai secercah harapan di tengah gejolak karena kelangsungan hidupnya selama pandemi virus corona yang sedang berlangsung.

“Dia mengandalkan berbagai perawatan dan mesin selama dirawat di rumah sakit, tetapi fasilitas itu mengatakan dia aktif, ceria, dan responsif, menurut beberapa laporan.

Bayi itu masih berjuang dengan penyakit paru-paru kronis dan hipertensi pulmonal. Namun, pihak dokter berharap Yu Xuan membaik seiring bertambahnya usia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PSN Picu Konflik Agraria, Penguasa Kebal Hukum, Masyarakat Kena Imbasnya

Mata Indonesia, Yogyakarta - Pemilu 2024 menjadi simbol dari semakin melemahnya demokrasi di Indonesia. Ketidakhadiran koalisi yang berpijak pada kepentingan rakyat menandakan hilangnya orkestrasi politik yang mampu memperjuangkan kedaulatan rakyat. Suara rakyat kini seolah hanya menjadi bagian dari strategi politik zaken kabinet, yang membuat rakyat bingung akan nasib suara mereka.
- Advertisement -

Baca berita yang ini