MATA INDONESIA, JAKARTA-Spesies virus raksasa ditemukan oleh tim peneliti di Shanghai, Cina dari titik terdalam di Palung Mariana. Salah satu virus bernama mimi ini diambil dari dasar laut hampir 11.000 meter (36.000 kaki) di bawah permukaan laut di Challenger Deep.
Mengutip dari South China Morning Post, Minggu 25 Juli 2021, virus mimi yang membentuk lebih dari empat persen dari total populasi virus di dasar laut awalnya dikira bakteri ketika para ilmuwan pertama kali menemukannya selama wabah pneumonia pada 1992.
Dengan serat dan tubuh berbulu mereka yang bisa mencapai lebar 700 nanometer, kadang-kadang dapat terlihat dengan mata telanjang.
Seorang profesor Fisiologi Tumbuhan dan Ekologi di Akademi Sains Cina, Li Xuan beserta rekan-rekannya tidak dapat melihat sampel laut dalam secara langsung di wadah penelitian, karena jumlah yang diperoleh sedikit.
Para ilmuwan tertarik meneliti virus mimi sejak ditemukan, bukan hanya karena ukurannya yang tidak biasa, tetapi juga genomnya yang sangat kompleks dengan lebih dari 1,2 juta pasangan basa lebih banyak daripada virus lainnya. Urutan genom virus corona baru, misalnya, 40 kali lebih pendek.
Dalam beberapa percobaan, virus raksasa ini mampu menyebabkan kerusakan jaringan pada mamalia, tetapi sejauh ini tidak ada bukti virus ini dapat secara langsung membahayakan manusia.
Beberapa ilmuwan berspekulasi, seperti banyak parasit, virus mimi mengalami “evolusi terbalik”, dari mikroba menjadi virus. Tetapi mengapa mereka mempertahankan begitu banyak fungsi produktif dalam gen mereka masih menjadi teka-teki.
Li dan rekan-rekannya dari Universitas Fudan dan Universitas Kelautan Shanghai percaya gen yang tampaknya tidak berguna ini mungkin memainkan peran penting dalam upaya bertahan hidup di kedalaman yang sangat dalam. Sementara semua parasit mengeksploitasi inangnya, mereka mengatakan hubungan itu bisa berubah di lingkungan yang ekstrem.
Analisis genetik menunjukkan virus raksasa mungkin menggunakan gen produktif untuk membantu inangnya seperti jamur dan hewan bersel tunggal dengan mempercepat pemecahan karbohidrat yang dicerna, misalnya, menurut para peneliti.
Metabolisme dan pertumbuhan yang lebih cepat dapat memberi inang dan virusnya keunggulan kompetitif di Challenger Deep yang gelap dan sunyi, di mana ketersediaan nutrisi langka dan persaingan antar virus yang brutal.
Tetapi, kata para peneliti, hubungan inang-virus tetap menjadi teori, karena ketidakmampuan mereka untuk menghidupkan kembali virus di laboratorium.
Palung Mariana di Samudra Pasifik Barat berjarak lebih dari 3.000 km (1.864 mil) dari Shanghai, tetapi telah memainkan peran penting dalam program penelitian kelautan Cina.