MATA INDONESIA, JAKARTA – Meski Indonesia masih berada di tengah pandemi Covid19, namun pertumbuhan ekonominya akan bergerak cukup baik sejak tahun ini.
Hal itu diungkapkan pakar ekonomi Ryan Kiryanto yang mengungkapkan optimismenya tersebut setelah menyimak pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus Juni 2021 ini.
Namun, menurut Ryan, hal tersebut bukan surplus neraca perdagangan biasa, tetapi surplus yang diiringi peningkatan ekspor dan impor. Itu mengindikasikan roda perekonomian bulan berjalan bergerak cukup baik.
“Yang mengindikasikan roda perekonomian pada bulan berjalan bergerak cukup baik,” ujar Ryan melalui pernyataan tertulis yang diterima Mata Indonesia News, Jumat 16 Juli 2021.
Mulai pulihnya ekonomi Cina dan Amerika Serikat, bahkan membuat sentimen positif untuk peningkatan ekspor nonmigas (produk manufaktur) dan komoditas primer berasal dari sumber daya alam (pertambangan dan pertanian dalam arti luas) bernilai tambah.
Pasar Eropa juga akan menjadi menarik sejalan dengan melonggarnya aktivitas ekonomi di kawasan itu.
Sementara dari sisi impor Ryan menilai telah menunjukkan indikasi positif karena saat ini terjadi lonjakan impor bahan penolong atau barang setengah jadi dan barang modal.
Menurutnya, hal tersebut menunjukkan investasi di sektor manufaktur sudah bergerak di zona ekspansi sebagaimana tercermin dari angka Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur bulan Juni yang di atas 50 atau zona ekspansif, tepatnya 53,5, meskipun sedikit menurun dari Mei 2021 yang 55,3.
Ryan menilai bulan-bulan berikutnya, neraca perdagangan Indonesia masih besar kemungkinannya mencatat surplus berturut-turut, meski dalam bayang-bayang pandemi Covid-19 masih mengikuti.
Terutama pada periode Juli-Agustus, neraca perdagangan akan tertekan sebagai dampak penerapan PPKM Darurat mulai 3 Juli 2021 hingga 20 Juli 2021 bahkan ada kemungkinan diperpanjang karena kasus harian belum mencapai 10 ribu kasus.
Namun, Indonesia diperkirakan tetap masih mampu mencetak surplus di tahun ini, tidak kalah dibandingkan surplus 2020 yang sebesar 21,74 miliar dolar AS.