MATA INDONESIA, LONDON – Berdasarkan sebuah studi di Universitas Oxford, Inggris, mencampur vaksin virus corona (mix and match) dengan menggunakan beberapa label akan menghasilkan respons kekebalan yang lebih baik daripada memberikan dosis penuh vaksin virus corona yang sama.
Studi yang disebut Com-COV, membandingkan jadwal dua dosis campuran vaksin Pfizer dan AstraZeneca. Dan studi tersebut menemukan bahwa dalam kombinasi apa pun, akan menghasilkan antibodi konsentrasi tinggi terhadap protein lonjakan virus corona.
Data tersebut memberikan dukungan untuk keputusan beberapa negara Eropa yang telah mulai menawarkan alternatif untuk AstraZeneca sebagai suntikan kedua setelah vaksin dikaitkan dengan pembekuan darah yang langka.
Profesor di Universitas Oxford, Matthew Snape yang berada di balik penelitian tersebut mengatakan bahwa temuan itu dapat digunakan untuk memberikan fleksibilitas pada peluncuran vaksin, tetapi tidak cukup besar untuk merekomendasikan pergeseran yang lebih luas dari jadwal yang disetujui secara klinis.
“Ini tentu menggembirakan bahwa antibody dan respons sel T ini terlihat bagus dengan jadwal yang beragam,” kata Profesor Matthew Snape, melansir Reuters, Selasa, 29 Juni 2021.
Respon antibodi tertinggi terlihat pada orang yang menerima dua dosis Pfizer dan dua dosis dari vaksin AstraZeneca menghasilkan respons yang lebih baik daripada dua dosis vaksin AstraZeneca.
Hasil uji coba juga mengungkapkan bahwa orang yang menerima suntikan vaksin AstraZeneca dan diikuti oleh Pfizer menghasilkan respons sel T terbaik, dan juga respons antibodi yang lebih tinggi daripada Pfizer yang diikuti oleh AstraZeneca.
Com-COV juga melihat jadwal campuran selama interval 12 pekan, dan Profesor Snape mencatat bahwa suntikan AstraZeneca diketahui menghasilkan respons imun yang lebih baik dengan interval yang lebih lama antara dosis.
Di Inggris, para pejabat telah menyarankan jeda 8 pekan antara dosis vaksin untuk di atas 40-an dan jeda 12 pekan untuk orang dewasa lainnya.
“Mengingat posisi pasokan Inggris yang stabil, tidak ada alasan untuk mengubah jadwal vaksin pada saat ini,” kata Wakil Kepala Medis Inggris Jonathan Van-Tam, seraya menambahkan bahwa data pada interval 12 pekan akan memengaruhi keputusan peluncuran program di masa depan.
Lebih dari 80 persen orang dewasa di Inggris saat ini telah menerima satu dosis vaksin virus corona dan 60 persen telah mendapatkan dua suntikan.