MATA INDONESIA, ROMA – Di zaman dulu, karya seni atau lukisan kerap kali memiliki unsur seram dan menakutkan. Para seniman senang sekali mengeksploitasi rasa takut itu melalui lukisan dan patung-patung.
Seperti seniman-seniman religius pada Abad Pertengahan dan Renaisans contohnya. Lukisan yang sering dibuat adalah lukisan yang menggambarkan kematian, Neraka dan Surga, Iblis yang menggoda manusia dan lain sebagainya.
Biasanya lukisan tersebut terpampang di dinding gereja-gereja pada zaman dulu. Di Kapel Scrovegni di Padua, Italia misalnya, memajang lukisan dengan wujud mengerikan jiwa-jiwa yang berdosa seakan mereka disedot ke dalam api neraka yang membara, Lukisan ini dibuat oleh seniman bernama Giotto Bondone, yang diberinama ‘Florentina’ pada Abad ke-13.
Lukisan Giotto yang mengerikan lainya yaitu ‘Day of Judgement’, yang menggambarkan Orang-orang yang diberkati berjajar di lajur yang rapi di sisi kanan Kristus Sementara mereka yang terkutuk digambarkan memiliki badan memelintir, memanjang, terbang ke bawah diserang oleh setan-setan yang menyiksa mereka, membakar, dan menarik-narik mereka hingga putus.
Selain Giotto, Lukisan yang mengerikan juga tertempel di dinding Kapel Sistine menggambarkan jiwa terkutuk yang tenggelam seorang diri di lautan siksaan dalam karya lukisan yaitu fresco “The Last Judgement”
Lukisan bertajuk ‘ The Clow’ juga merupakan karya yang memberikan estetika mengerikan, Lukisan ini berhasil memberikan kesan mengerikan dari gambar dua orang badut yang menghantui latar karnaval juga disajikan dengan sosok dan wana kulit pantomim di sebelah kanan.
Penelitian menunjukkan bahwa ketakutan adalah emosi yang susah dipalsukan, karena melibatkan lebih banyak otot wajah bagian atas bila dibandingkan emosi lainnya. Seseorang langsung bisa merasakannya kala melihat kerutan alis si badut saat dia memandang kosong ke sosok di sebelah kanannya.
Dan semua karya itu adalah buatan zaman dahulu yang masih memiliki unsur ketakutan dalam sebuah karya seni, Lalu apakah karya seni serupa dapat dibuat dalam dalam seni kontemporer masa kini?
Salah satu contohnya saja , “For the Love of God” (2007) karya Damien Hirst. Sebuah tengkorak bertahta berlian. Tengkorak ini bukan sekadar ‘pengingat bahwa Anda pasti mati’ namun menakut-nakuti Anda pada kesegeraan kematian. Saat ini, seniman baru begitu hati-hati dalam membuat suatu karya karena mereka terpaut dengan pikiran apakah yang mereka buat adalah seni atau tidak, mereka seakan kehilangan kontak dengan emosi.
Maka, jika seni kontemporer sepertinya susah jika mengikuti pandangan karya terdahulu yang memiliki unsur ketakutan, Mungkin karena kecanduan akan rasa takut kini sudah berubah. Mungkin kini saatnya para seniman menemukan kembali rasa takut itu.
Reporter : Ananda Nuraini