MATA INDONESIA, JAKARTA-Volume produksi gas alam untuk menjadi bahan bakar pembangkit listrik terus ditingkatkan guna mewujudkan ketahanan energi di Tanah Air.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan gas alam menggantikan solar yang selama ini banyak dipakai untuk menggerakkan pembangkit listrik tenaga diesel.
“Kami akan menggantikan ini dengan gas alam yang diproduksi di dalam negeri sehingga kita tidak lagi melakukan impor BBM,” katanya di Jakarta, Selasa 8 Juni 2021.
Arifin menambahkan bahwa gas alam termasuk kategori energi baru terbarukan, sehingga pemanfaatannya bisa menjadi upaya dalam menekan emisi gas rumah kaca.
Saat ini cadangan gas alam di Indonesia mencapai 62,4 triliun kaki kubik dengan cadangan terbukti sebanyak 43,6 triliun kaki kubik.
Berdasarkan laporan World Energy Outlook, gas alam menghasilkan 490 gram karbondioksida per kilowatt hour (kWh).
Angka emisi itu cenderung lebih rendah dibandingkan co-firing biomassa yang mencapai 740 gram karbondioksida dan energi batu bara sebanyak 820 gram karbondioksida per kWh.
“Kami juga memperhatikan energy balance ke depan dengan respon masuknya sumber-sumber energi terbarukan ke dalam bauran energi nasional,” kata Arifin.
Kapasitas pembangkit listrik yang akan beralih dari solar menjadi gas alam berkapasitas 1.700 megawatt tersebar di 53 lokasi dengan kebutuhan gas mencapai 166 BBTUD per hari.
Dari kapasitas 1,7 gigawatt tersebut, pemerintah telah mendorong konversi 274 megawatt di lima lokasi pada 2020 lalu. Kemudian sisanya akan selesaikan tahun ini dengan rincian 213 megawatt di lima lokasi rampung semester I dan 1,21 gigawatt di 42 lokasi selesai pada semester II.
Program konversi bahan bakar pembangkit listrik tersebut diharapkan bisa mengurangi emisi karbon sebanyak 1,4 juta ton, mengurangi impor minyak, dan meningkatkan konsumsi gas di dalam negeri.