MATA INDONESIA, MANILA – Filipina meningkatkan kehadiran armadanya di Laut Cina Selatan untuk melindungi wilayahnya dan sumber daya maritimnya di kawasan perairan tersebut, kata satuan tugas pemerintah.
Dalam beberapa pekan terakhir, Filipina telah meningkatkan retorikanya dari apa yang dikatakan sebagai perilaku mengancam yang datang dari kapal-kapal Cina di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sepanjang 200 mil.
“Kami berusaha keras untuk melindungi wilayah kami dan ZEE kami,” ucap satuan tugas Laut Cina Selatan Filipina dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters.
Peningkatan armada dan pesawat merupakan langkah terbaru Filipina dalam perseteruan yang sedang berlangsung kontra Cina. Sebelumnya, Manila menyebut serangan dilakukan oleh ratusan kapal penangkap ikan yang diawaki oleh milisi dan mendapat dukungan pemerintah Beijing.
Namun, Kedutaan Besar Cina di Manila menyatakan bahwa sejumlah kapal nelayan yang berada di wilayah terumbu karang Whitsun hanyalah kapal penangkap ikan yang berlindung dari gelombang laut yang ganas dan tidak ada milisi atau aparat keamanan di dalam kapal tersebut.
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte telah memerintahkan pihak berwenang untuk melanjutkan patroli kedaulatan, dan mengintensifkan operasi melawan penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur di perairan teritorialnya, ungkap gugus tugas tersebut.
“Sembilan kapal dari penjaga pantai dan biro perikanan, sebuah pesawat penjaga pantai dan perahu polisi serta perahu karet dikerahkan di Laut Cina Selatan, termasuk di perairan pulau-pulau yang dikuasai Filipina di Spratly,” tuturnya.
Filipina sejatinya telah mengajukan beberapa protes diplomatik atas aktivitas Cina di Laut Cina Selatan. Terbaru, Manila menuduh Beijing melakukan penangkapan ikan secara ilegal dan mengerahkan lebih dari 240 kapal di dalam ZEE-nya.
Sebagai catatan, pemicu utama kawasan Laut Cina Selatan menjadi ajang perebutan wilayah, tak lain karena sumber daya alam di dalamnya yang melimpah. Apakah itu cadangan minyak 7 miliar barel dan 900 triliun kubik gas alam!
Bukan hanya itu, Laut Cina Selatan juga merupakan jalur kunci perdagangan dunia. Mengutip CSIS dan World Maritime Council, sekitar 25 persen arus pelayaran dunia melewati laut itu dengan valuasi barang mencapai angka 5,3 triliun dolar AS.