MATA INDONESIA, BRUSSEL – Pasukan asing di bawah komando Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau The North Atlantic Treaty Organization (NATO) sepakat untuk meninggalkan Afghanistan setelah Amerika Serikat (AS) memutuskan menarik sisa pasukan mulai awal Mei hingga 11 September.
Sekitar 7.000 pasukan dari berbagai negara anggota NATO, termasuk dari Australia, Selandia Baru, dan Georgia berada di Afghanistan sejak dua dekade lalu. Namun, hingga saat ini, NATO masih mengandalkan dukungan udara dan kepemimpinan AS untuk misi pelatihan.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, berbicara bersama Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, mengatakan bahwa menarik pasukan dari Afghanistan adalah keputusan yang sulit.
“Ini bukan keputusan yang mudah, dan mengandung risiko. Seperti yang saya katakan selama berbulan-bulan, kami menghadapi dilema. Karena alternatif untuk pergi dengan cara yang teratur adalah dengan mempersiapkan komitmen militer jangka panjang dan terbuka dengan kemungkinan lebih banyak pasukan NATO,” ungkap Stoltenberg dalam konferensi pers, melansir Reuters.
Dalam pidatonya di Washintgon, Rabu (14/4), Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa sudah waktunya untuk mengakhiri perang selamanya. Selain itu, misi awal AS –menangkap Osama bin Laden, telah tercapai dan Afghanistan tak lagi menjadi tempat berlindung yang aman bagi militan seperti Al-Qaeda.
Pada 2008, pasukan NATO yang mencapai angka 40,000 –terdiri dari Eropa, Kanada, dan Australia, bergerak bersama dengan AS dalam sebuah misi membangun kembali Afghanistan, meskipun kekerasan yang dipimpin Taliban dan pejabat endemik kembali muncul.
“Ini bukan akhir dari hubungan kami dengan Afghanistan, melainkan awal dari babak baru. Sekutu NATO akan terus mendukung rakyat Afghanistan tetapi sekarang waktunya bagi rakyat Afghanistan untuk membangun perdamaian berkelanjutan yang mengakhiri kekerasan,” tutur Stoltenberg.
Jerman dan Bulgaria adalah dua dari 36 negara yang terlibat dalam Dukungan Tegas untuk segera mengumumkan rencana penarikan. Kanselir Jerman Angela Merkel dan Biden membahas dalam panggilan telepon kehadiran militer NATO di Afghanistan dan setuju untuk mengoordinasikan langkah-langkah di masa depan, kata seorang juru bicara pemerintah Jerman.