MATA INDONESIA, JAKARTA – Pemimpin Gereja Katolik Vatikan Paus Fransiskus menyerukan perdamaian untuk Myanmar yang tengah dilanda konflik akibat kudeta militer.
Bahkan, Paus dalam ceramahnya di Vatikan, Rabu 17 Maret 2021, mengaku rela berlutut di jalanan Myanmar, asalkan pertumpahan darah dihentikan.
“Saya kembali, dengan sangat sedih, harus menceritakan kembali situasi di Myanmar, di mana banyak orang, terutama para muda-mudi, merelakan nyawa untuk memberi harapan bagi negeri mereka,” kata Paus Fransiskus.
“Saya juga bersedia berlutut di jalanan Myanmar dan mengatakan: semoga kekerasan berakhir. Saya juga akan membuka tangan dan mengatakan: semoga dialog berhasil,” ujarnya menambahkan.
Sebelumnya, Paus berpesan agar militer Myanmar yang kini mengambil alih kekuasaan, lebih mengutamakan dialog ketimbang harus menyakiti rakyat tak bersalah.
Pernyataan Paus Fransiskus kemungkinan terinspirasi dari sikap biarawati Gereja Katolik di Myanmar yang berlutut di hadapan aparat keamanan dan memohon supaya kekerasan diakhiri.
Sampai saat ini jumlah korban tewas dalam gelombang unjuk rasa di Myanmar sudah mencapai lebih dari 200 orang. Jumlah itu merujuk kepada data yang disampaikan lembaga Bantuan Perhimpunan bagi Tahanan Politik Myanmar.
Ribuan warga Myanmar memilih untuk kabur setelah ketegangan antara massa anti-kudeta militer dengan pasukan keamanan terus memakan korban jiwa.