MATA INDONESIA, JAKARTA – Pendekatan soft power menjadi prioritas dalam menangani terorisme, namun bukan berarti tidak mempertimbangkan pendekatan hard power atau penegakkan hukum yang tegas tanpa kompromi.
Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonsesia Dr Muhammad Rifqi Muna menegaskan bahwa prinsip HAM harus dipegang namun pemerintah dalam kondisi tertentu perlu untuk melakukan pendekatan keamanan.
“Betul bahwa hubungan negara dan warga negara harus ikuti standar prinisip HAM itu harus dipegang dan tidak bisa dilawan, tetapi dalam kondisi tertentu yg punya tools dia punya otoritas yang diberikan bila pendekatan force harus diambil,” kata Rifqi Muna kepada Mata Indonesia News, Minggu 28 Februari 2021.
Pendekatan yang diterapkan untuk mengantisipasi tindak terorisme harus seimbang. Hal ini pernah ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo bahwa penanganan terhadap tindak terorisme adalah kejahatan luar biasa sehingga penanganannya harus dengan cara yang serius. Ia mengemukakan bahwa pendekatan hard power saja tidak cukup, diperlukan juga pendekatan soft power.
“Pendekatan hard power jelas sangat diperlukan, tetapi itu belum cukup. Sudah saatnya menyeimbangkan dengan pendekatan soft power,” kata Presiden Joko Widodo.
Maka beberapa waktu lalu, Presiden menginstruksikan kepada jajarannya untuk membentengi masyarakat dari ideologi terorisme sejak dini. Seperti upaya pembersihan ideologi radikalisme dari tingkat sekolah hingga masyarakat. Langkah pencegahan ini penting sebagai upaya soft power supaya ideologi radikalisme tidak meluas di tengah masyarakat.
“Sekali lagi saya ingatkan ideologi terorisme telah masuk kepada keluarga kita, sekolah-sekolah kita, untuk itu saya minta pendekatan hard power dengan soft power dipadukan, diseimbangkan, dan saling menguatkan sehingga aksi pencegahan dan penanggulangan terorisme ini bisa berjalan jauh lebih efektif,” kata Jokowi.
Hal ini memperlihatkan bahwa fenomena terorisme merupakan persoalan yang kompleks karena dalam penaganannya tidak bisa melibatkan satu jenis pendekatan saja. Layaknya puncak gunung es, akar dari terorisme meliputi permasalahan ekonomi, ideologi, keadilan dan ketidakpuasan.