MATA INDONESIA, JAKARTA – Pakar Hubungan Internasional, Drs. Teuku Rezasyah, M. A, Ph.D mengatakan bahwa Indonesia memiliki citra positif di mata Myanmar. Menurutnya, Indonesia bukan sekadar ‘abang’, tetapi negara yang paling dipercaya Myanmar.
“Indonesia satu ide dengan Myanmar, di saat yang sama Indonesia memiliki nama baik di Myanmar. Siapa pun yang memerintah mendapatkan penghargaan yang luar biasa. Sebab hanya Indonesia yang mengerti Myanmar,” kata Pakar Hubungan Internasional, Teuku Rezasyah kepada Mata Indonesia.
“Sebenarnya, Myanmar melihat Indonesia berbeda dengan melihat negara-negara ASEAN lainnya. Seperti melihat singapura secara ekonomi, melihat Malaysia dari sisi multiculture. Sementara Myanmar melihat Indonesia sebagai ‘abang’ yang memahami kesulitan mereka,” sambungnya.
Terkait kudeta yang dilakukan oleh junta militer Myanmar, Presiden Indonesia, Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yasin telah meminta para Menteri Luar Negeri negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) untuk mencari waktu yang tepat untuk melakukan pertemuan khusus guna membahas situasi yang terjadi di negara itu.
Setelah pertemuan kedua pemimpin negara tersebut, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa menteri luar negeri kedua negara diminta untuk menghubungi Brunei Darussalam, Ketua Perhimpunan PBB di kawasan ASEAN untuk mengatur pertemuan khusus di Myanmar.
Teuku Rezasyah mengatakan, Presiden Jokowi harus tetap berjalan dengan kebijakannya saat ini. Tetapi harus siap dengan risiko akan tekanan, mengapa Indonesia berjalan lamban dan tidak ada terobosan.
Menurut Teuku Rezasyah, diplomasi menuntut kesabaran tingkat tinggi, ini menyangkut hati dan kesiapan rekonsiliasi nasional antara sipil dan militer. Bisa lebih cepat atau lambat, tetapi yang jelas dunia harus melihat bahwa Indonesia bergerak karena konstitusi negara mengharuskan.
“Pak Jokowi memiliki berbagai kebijakan. Kebijakan ini terlihat dari cepatnya Ibu Retno (Menlu) menanggapi keadaan di Myanmar. Di mana ibu retno mengatakan bahwa itu merupakan masalah dalam negeri tetapi ia berharap adanya rekonsiliasi dan tertib hukum dalam negeri, regional, maupun internasional,” tuturnya.
Apa yang dilakukan Presiden Joko Widodo terhadap situasi yang terjadi di Myanmar, menurut Teuku Rezasyah, sesuai dengan prinsip Indonesia yang turut memelihara perdamaian dunia.
“Apapun yang Indonesia lakukan harus sesuai dengan hukum internasional. Indonesia bergerak sesuai dengan koridor tersebut. Intinya, menggalang kepercayaan dari berbagai negara,” ucapnya.
Teuku Rezasyah menambahkan, apabila pihak luar bergerak, maka negara-negara asing tersebut akan menerapkan sanksi, blokade, dan berbagai pembatasan. Dan hal ini hanya akan menyulitkan rakyat Myanmar dan membuat Myanmar terasing di dunia internasional.