MATA INDONESIA, JAKARTA – Sinyal Indonesia akan memiliki pesawat tempur Rafale semakin kuat dengan dilakukannya courtesy call petinggi produsen pesawat multi role itu, Dassault Aviation, menemui Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Dadang Hedrayudha.
Tercatat Vice President business development, Jean Claude Piccirillo dan Vice President Offset Dassault, Michael Paskoff sudah membahas kerja sama akuisisi pesawat tempur tersebut, Kamis 11 Februari 2021.
Namun, Dassault Aviation harus melalui perjalanan panjang hingga memutuskan melakukan kunjungan courtesy call tersebut.
Diketahui, Agustus 2018 kontingen Angkatan Udara Prancis memboyong tiga Rafale ke Jakarta selama enam hari bersama pesawat angkut berat Airbus A400M Atlas.
Selama di Jakarta pilot tempur TNI AU diberi kesempatan mencoba langsung pesawat tersebut di Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Namun, upaya itu disangka tidak membuahkan hasil seperti 1986 dan 1988 ketika Dassault Aviation menawarkan Mirage 2000 dan jet serang maritim Super Etendard karena tidak ada jawaban dari Indonesia.
Di tahun 1986 dan 1988, Dassault kalah dari pesaingnya Lockheed Martin (dahulu General Electric) yang mengajukan F-16.
Ternyata tawaran Dassault Aviation masih berlaku dan jawabannya ada di tangan Prabowo Subianto setelah ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan oleh Jokowi.
Hal itu terungkap setelah Prabowo bertemu Menteri Angkatan Bersenjata Perancis Florency Parly di Hotel de Brienne, Paris 21 Oktober 2020.
Parly menyatakan, “Sangat maju,” soal negosiasi Indonesia untuk membeli 36 generasi 4,5 Rafale itu.
Mungkin saja kedatangan dua petinggi Dassault Aviation itu bisa disebut langkah “lebih maju lagi,” dalam upaya mengakuisisi pesawat bersayap delta tersebut.