Menunggu Godot, Istilah yang Cukup Terkenal di Masa Orde Baru

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA  – Di masa orde baru,  ada istilah yang cukup populer setiap lima tahun sekali pada saat pengumuman kabinet. Istilahnya adalah Menunggu Godot.

Istilah ini berasal dari naskah drama dua babak karya penulis Irlandia, Samuel Beckett. Menunggu Godot adalah drama absurd yang hanya menampilkan lima pemain dan menceritakan tentang dua prajurit Estragon dan Vladimir.

Kedua prajurit ini sedang menunggu kedatangan pimpinannya Jenderal Godot yang sampai akhir cerita tidak pernah muncul.

Sebagai sebuah ungkapan umum, menunggu Godot kemudian diartikan sebagai menunggu sesuatu yang tak kunjung datang. Dengan kata lain: sebuah penantian konyol.

Nah istilah menunggu godot populer saat Presiden Soeharto akan mengumumkan nama-nama menteri di kabinetnya. Saat itu, satu-satunya alat komunikasi yang ada hanyalah telpon rumah.

Biasanya, para pejabat, akademisi, maupun petinggi militer selama beberapa hari deg-degan menunggu deringan telpon dari Jalan Cendana, Jakarta, kediaman Soeharto.

Para pejabat, akademisi maupun petinggi militer ini akan melarang anak atau istri menggunakan telpon. Dan jika mereka biasanya sibuk dan jarang sekali di rumah ini, tiba-tiba jadi tidak keluar rumah sama sekali. Membaca, menulis ini-itu, bertemu orang, semuanya dilakukan di rumah. Di dekat pesawat telpon.

Sayang, kebiasaan bagus termasuk betah di rumah ini berakhir seketika, begitu susunan kabinet baru diumumkan.

Menunggu Godot akhirnya menjadi sindiran terhadap perilaku para pejabat tersebut yang berharap ditelpon oleh Soeharto untuk diangkat menjadi menteri.

Reporter: Azizah Putri Octavina

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

A2RTU Gelar Expo Sistem Refrigerasi dan Tata Udara Pendukung Ketahanan Pangan dan Net Zero Emission

Mata Indonesia, Yogyakarta - Ketahanan pangan menjadi isu yang masif didengungkan oleh pemerintah. Terlebih, saat ini Indonesia bersiap menyongsong Indonesia Emas 2045. Di sisi lain, dalam Rencana Strategis (Renstra) Badan Ketahanan Pangan (BKP) yang kini diubah menjadi Badan Pangan Nasional (Bapanas) Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) Tahun 2020-2024 menyebut bahwa pembangunan pangan di Indonesia masih menghadapi masalah. Utamanya, terkait dengan penyediaan (supply) pangan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini