MATA INDONESIA, JAKARTA – Ketika konflik pecah di Nagorno-Karabakh bulan lalu, Aghasi Asatryan tengah berada ribuan kilometer jauhnya di Jerman. Ia merupakan warga negara Armenia yang tengah memulai karier sebagai spesialis IT (Information Technology).
Mendengar perang kembali pecah, pria berusia 29 tahun itu pun memutuskan untuk mengajukan liburan dengan alasan keluarga dan langsung terbang ke kota kelahirannya, Yerevan.
Di lereng bukit di atas Ibukota Armenia, ia memulai latihan tempur di kamp yang didirikan oleh para veteran perang sebelumnya di Nagorno-Karabakh –daerah pegunungan yang dikendalikan oleh etnis Armenia, namun wilayahnya diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.
“Rencana saya adalah bersiap-siap dan pergi ke garis terdepan,” tegas Asatryan, melansir Reuters, Jumat, 30 Oktober 2020.
Asatryan pindah ke Jerman tujuh tahun lalu sebagai pelajar, sekaligus upaya menghindari wajib militer. Ia tak pernah sekalipun bertugas di ketentaraan atau memegang senjata sebelumnya.
“Bos saya di Jerman tidak akan memahami orang yang ingin berperang. Tetapi saya tahu bahwa kami, orang-orang Armenia tidak akan bertahan selama berabad-abad tanpa memahami bahwa setiap orang harus berjuang untuk Tanah Airnya,” sambung Asatryan.