Bahagianya Mbappe Berhadapan dengan Sang Idola: Ronaldo

Baca Juga

MATA INDONESIA, PARIS – Kylian Mbappe tak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya ketika bertemu dengan Cristiano Ronaldo meskipun sebagai lawan. Mbappe langsung memposting foto keduanya dengan caption: Idola.

Mbappe dan Ronaldo saling berhadapan di laga UEFA Nations League antara Prancis melawan Portugal, Senin 12 Oktober 2020 dini hari WIB. Pertandingan tersebut berakhir imbang tanpa gol.

Pertemuan keduanya di Stade de France bukan yang pertama kali. Di Desember 2012, ketika Real Madrid ingin membuat Mbappe kecil terkesan, dia dibawa ke fasilitas klub di Valdebebas. Di sana, Mbappe bertemu dengan idolanya, Ronaldo, dan menyempatkan foto bersama.

Delapan tahun kemudian, keduanya kembali bertemu sebagai lawan. Sesaat sebelum kick-off, tampak keduanya saling bercanda dan tertawa.

View this post on Instagram

Idol ??… @cristiano

A post shared by Kylian Mbappé (@k.mbappe) on

“Idola,” tulis Mbappe dalam caption di Instagram pribadinya disertai foto keduanya sedang tertawa.

“Dia (Mbappe) adalah fan Real Madrid dan idolanya adalah Cristiano Ronaldo. Dia sering menghabiskan waktu berjam-jam menonton video Ronaldo di internet,” ujar ayah Mbappe, pada 2016 lalu, dikutip dari Marca, 13 Oktober 2020.

Mbappe tak menampik mengidolai Ronaldo, tapi idola pertamanya adalah Zinedine Zidane.

“Idola pertama saya adalah Zinedine Zidane karena semua yang dia capai bersama timnas Prancis. Kemudian saya mengidolai Ronaldo. Dia memenangkan banyak gelar dan terus menjadi pemenang meski sudah meraih banyak kesuksesan,” kata Mbappe.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini