Inter Milan Menang Dramatis, Conte Kurang Puas

Baca Juga

MATA INDONESIA, MILAN – Inter Milan menjalani laga perdana dengan meraih kemenangan atas Fiorentina. Antonio Conte kurang puas dengan penampilan anak asuhnya.

Berlaga di Giuseppe Meazza, Minggu 27 September 2020 dini hari WIB, Inter menang dengan skor 4-3. Inter tertinggal lebih dulu melalui gol Christian Kouame. Kemudian, Nerazzurri membalikkan kedudukan 2-1 berkat gol Lautaro Martinez dan bunuh diri Federico Ceccherini.

Fiorentina berhasil membalikkan skor menjadi 3-2 melalui gol Gaetano Castrovilli dan Federico Chiesa. Tak patah arang, La Beneamata mencetak dua gol di tiga menit jelang laga usai melalui Romelu Lukaku dan Danilo D’Ambrosio.

“Tiga poin ini sangat penting, tapi kami akan mengevaluasi seluruh penampilan juga. Hal positifnya adalah kami bisa mencetak empat gol dan menciptakan banyak peluang. Saya pikir kiper lawan juga tampil baik,” ujar Conte, dikutip dari Football Italia, Minggu 27 September 2020.

“Kami menyerang dengan jumlah pemain yang banyak dan menciptakan masalah untuk Fiorentina, tapi di saat bersamaan, kami tak cukup fokus untuk menghadapi serangan balik lawan. Para pemain harus bisa memperbaiki aspek ini, karena kami harus menyerang dan bertahan sama-sama dengan jumlah yang banyak,” katanya.

“Keseimbangan adalah kunci dari segalanya. Kami tidak seimbang di beberapa momen dan harus menerima bayaran dari kesalahan tersebut. Kami harus tetap siaga bertahan saat menyerang. Kami ingin menekan lawan, tapi saya terkesan dengan cara kami menyerang hari ini,” tuturnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini