MATA INDONESIA, NEW YORK – Inflasi di Amerika Serikat tetap tinggi sejak bulan Agustus 2022 lalu. Laju kenaikan harga turun menjadi 2,3 persen pada Agustus. Angka tersebut turun dari 8,5 persen pada bulan Juli di dorong oleh biaya bensin yang lebih rendah.
Tetapi biaya makanan,sewa rumah, dan perawatan medis terus melonjak. Hal tersebut mengecewakan para investor yang berhaap pelonggaran lebih luas.
Presiden AS, Joe Biden yang awal tahun elektabilitasnya turun dibawah 40 persen, saat ini mulai sedikit pulih. Pada awal tahun, Biden mengalami penurunan elektabilitas akibat munculnya kekhawatiran biaya hidup.
Laporan tersebut juga merupakan tanda yang meresahkan menjelang pemilu pada November mendatang. Apakah nantinya demokrat dan Biden mampu mempertahankan kendali mereka di kongres.
Peringkat Joe Biden mulai naik dalam beberapa pekan terakhir karena harga bensin yang mulai stabil. Namun dengan adanya ketidakstabilan harga di sepanjang tahun ini membuat Biden akan tetap berada di “masalah besar”, kata lembaga survei Chris Jackson.
Melansir dari BBC “Orang Amerika telah mengatakan kepada kami selama berbulan-bulan sekarang bahwa itu adalah masalah nomor satu yang mereka miliki dan,benar atau salah,mereka menyalahkan siapapun yang menjalankan negara itu,” kata Jackson.
Inflasi di AS mencapai puncaknya pada 9,1 persen pada bulan Juni,peningkatan tercepat terlihat sejak awal tahun 1980-an. Penurunan terjadi pada bulan Juli yang berada pada angka 8,5 persen karena harga bensin mulai turun.
Biaya bahan makanan di AS melonjak 13,5 persen dalam 12 bulan hingga Agustus, sementara biaya perumahan naik 6,2 persen, dan perawatan medis naik menjadi 5,6 persen.
Biaya energi menjadi salah satu pendorong inflasi terbesar di AS. Walaupun mengalami penurunan di beberapa bulan terakhir, namun angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga energi di AS tahun lalu.
