Radikalisme dan Ekstremisme Agama dalam Pandangan Tokoh Dunia

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Kasus penyerangan gereja, masjid dan tempat ibadah lainnya atas nama agama sebenarnya sudah sering terjadi bukan hanya di Indonesia, tapi hampir di seluruh dunia.

Perilaku ini telah menjadi sorotan sejak dulu, sekaligus menjadi pemicu bermunculannya pandangan negatif terhadap agama tertentu.

Lalu, bagaimanakah sebenarnya radikalisme dan ekstremisme beragama dalam pandangan tokoh-tokoh dunia?

Dalam sebuah hadis riwayat Bukhori, Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “pasti akan binasa orang-orang yang berlebih-lebihan dalam beragama”. Menurut Imam Nawawi, orang yang dimaksud Rasulullah adalah mereka yang melampaui batas dalam ucapan maupun perbuatan beragama.

Mantan Ketua Umum Muhammadiyah dan Ketua Umum MUI Din Syamsuddin berpendapat, ekstremisme agama bisa berasal dari faktor-faktor non agama.

Menurutnya, kemiskinan, kesenjangan dan ketidakadilan turut mendorong terciptanya ekstremisme agama. Maka, untuk memberantas ekstremisme agama, harus menyelesaikan faktor penyebabnya.

Masalah ekonomi sebagai penyebab radikalisme agama pun pernah jadi sorotan Pemimpin Tertinggi Katolik Vatikan Paus Fransiskus. Ia berpendapat, bentuk-bentuk teror dari radikalisme agama dipicu oleh perubahan global, yaitu saat uang dan urusan ekonomi menjadi pusat perhatian dunia, bukan sumber daya manusia yang mumpuni. Paus menyebut masalah tersebut terjadi pada setiap agama apapun.

Mengenai ekstremisme dalam Islam, pendiri Republik Islam Iran Ayatullah Khomeini dalam sebuah ceramah mengajak umat Muslim agar selalu mengingat pesan Rasulullah, bahwa Muslim yang benar adalah yang membebaskan orang lain dari gangguan tangan dan lidahnya.

Khomeini berkata, orang-orang yang melakukan tindakan ekstremisme tidak pernah benar-benar beragama, bahkan cenderung munafik dan bermuka dua.

Imam Besar Al Azhar Ahmad Al Tayyib lebih tegas lagi dalam memandang radikalisme beragama yang berujung kegaduhan dunia. Menurutnya, radikalisme berujung teror adalah penyakit intelektual dan psikologis yang mengarahkan orang mengkhianati agama sekaligus negaranya.

Tayyib juga menyebut kelompok tersebut telah mengadopsi ajaran barbar sebagai metodologi, sekte dan keimanan yang baru tanpa identitas keagamaan yang melekat. (Ryan)

Berita Terbaru

Pemerintah Pastikan Operasi Pengamanan Jelang Tahun Baru 2025 Berjalan Lancar

JAKARTA - Menjelang perayaan Tahun Baru 2025, pemerintah bersama aparat terkait telah mempersiapkan berbagai langkah untuk memastikan keamanan dan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini