Samuel Eto’o, Legenda Barcelona Gantung Sepatu

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA-Usai berkarir di lapangan hijau selama 22 tahun, legenda Barcelona dan Inter Milan, Samuel Eto’o memutuskan untuk gantung sepatu, Sabtu 7 September 2019.

Pengumuman gantung sepatu disampaikan pemain berusia 38 tahun itu melalui akun Instagramnya. “Berakhir. Menuju tantangan baru. Terima kasih semua, big love,” tulis Eto’o.

Selama berkarier di lapangan hijau, Eto’o menikmati salah satu momen terbaik saat memperkuat Barcelona. Di klub raksasa Spanyol itu, dia berhasil membantu tim memenangi tiga gelar La Liga dan dua trofi Liga Champions.

Setelah lima tahun di Barcelona, Eto’o kemudian bergabung ke Inter Milan pada 2009. Dia kembali menikmati raihan trofi Liga Champions, alias yang ketiga dalam kariernya. Kali ini, prestasi tersebut diraihnya di bawah asuhan Jose Mourino.

Samuel Eto’o juga pernah menjalani karier yang singkat di Premier League bersama Chelsea dan Everton. Terakhir, dia berkiprah di Qatar FC. Eto’o tercatat berkiprah di 13 klub profesional sepanjang kariernya di kancah sepak bola.

Sang striker tak hanya menikmati karier mengesankan di level klub. Samuel Eto’o juga menjadi bintang untuk Timnas Kamerun dan dianggap sebagai salah satu pemain terbaik Eropa sepanjang masa.

Setelah mencatat caps pertama untuk Timnas Kamerun sehari setelah ulang tahun ke-16, Eto’o menyumbangkan 56 gol dalam 118 penampilan untuk negaranya.  Dia membantu Timnas Kamerun memenangi medali emas pada Olimpiade 2000 di Australia, serta menjuarai Piala Afrika pada tahun yang sama dan dua tahun berselang.

Eto’o terpilih sebagai Pemain Terbaik Eropa sebanyak empat kali. Dia memegang rekor yang sama dengan Yaya Toure.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini