Bali – Indonesia siap bahas empat isu prioritas dalam Indonesia Africa Forum (IAF) Ke-2 yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, mulai 1-3 September 2024. Dalam perhelatan ini, Indonesia, sebagai tuan rumah, mengangkat empat isu prioritas dengan fokus pada sektor ekonomi, dengan target kesepakatan bisnis mencapai 3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp54,69 triliun.
Wakil Menteri Luar Negeri RI, Pahala N Mansury, mengungkapkan bahwa hingga saat ini, kesepakatan bisnis antara Indonesia dan Afrika sudah mendekati angka 3 miliar dolar AS.
“Kerja sama swasta dan BUMN antara Indonesia dan Afrika targetnya adalah 3,5 miliar dolar AS. Hingga saat ini sudah mendekati 3 miliar,” kata Pahala.
Empat isu prioritas yang dibahas di forum ini mencakup ketahanan pangan, ketahanan energi, sektor kesehatan, dan ketahanan mineral kritis. Pada sektor ketahanan pangan, Indonesia melihat Afrika sebagai pasar nontradisional dengan potensi besar.
“Afrika memiliki potensi seperti lahan yang luas dan iklim yang baik, serta potensi perdagangan dan rantai pasok sektor pangan yakni pupuk dan pengembangan biofuel,” jelas Pahala.
Sektor ketahanan energi menjadi isu kedua yang penting untuk kerja sama. Menurut Pahala, Afrika menyimpan 10 persen cadangan minyak dunia, sehingga menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan kerja sama di bidang energi, baik fosil maupun terbarukan.
“Kita harap ada beberapa pengembangan energi baru terbarukan seperti tenaga surya ataupun geothermal, masih dijajaki terus dan semoga bisa finalisasi,” ujarnya.
Di sektor kesehatan, Pahala menyebutkan bahwa kebutuhan obat, vaksin, dan alat kesehatan di Afrika cukup tinggi. Ia menyoroti adanya kerja sama antara Biofarma dan Kimia Farma dengan negara-negara Afrika.
“Di sektor kesehatan cukup banyak kesempatan, dan kita juga ajak dari Biofarma dan Kimia Farma. Kimia Farma sudah mulai dari beberapa negara tertentu. Kita berharap juga bahwa ini bisa terus dilanjutkan,” kata Pahala.
Isu prioritas keempat adalah ketahanan mineral kritis, yang penting dalam transisi energi global. Indonesia dan Afrika memiliki cadangan mineral seperti nikel, kobalt, grafit, dan mangan, yang diperlukan untuk produksi komponen dan baterai kendaraan listrik.
“Jadi 55 persen dari cadangan kobalt dunia adanya di Afrika. Ini menjadi salah satu hal dengan upaya Indonesia membangun hilirisasi, khususnya terkait hilirisasi mineral kritis,” ungkapnya.
Forum ini dihadiri oleh kepala negara dan pejabat tinggi dari berbagai negara Afrika, serta dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Pahala menekankan pentingnya kerja sama antara Indonesia dan negara-negara Afrika sebagai bagian dari Global South, dengan tema “Bandung Spirit for Africa’s Agenda 2063” yang diusung dalam IAF Ke-2 ini.
IAF ke-2 mengundang 28 kepala negara/pemerintahan dari Afrika serta 800 peserta dari wakil pemerintah, organisasi internasional dan regional, dan kalangan bisnis.
“Partisipasi media sangat penting untuk memastikan bahwa pesan dan tujuan forum ini dapat diterima dengan baik oleh khalayak luas,” tutup Pahala, mengundang rekan-rekan media untuk berperan aktif dalam mempublikasikan rangkaian acara IAF Ke-2 di berbagai platform.