Mata Indonesia, Yogyakarta – Co-Founder Gen Z Insitut, M. Rony Syamsuri menilai bahwa kebijakanTabungan Perumahan Rakyat (TAPERA) tidak relevan dan memberatkan generasi muda yang sedang berjuang membangun karir dan kehidupan mandiri.
“Kami memahami pentingnya memiliki rumah, namun kebijakan ini tidak melihat realitas di lapangan. Banyak dari kaum muda khususnya Gen Z dan Gen Millenial yang masih berjuang dengan beban biayapendidikan, biaya hidup di kota besar, dan pekerjaan yang belum stabil,” ujar Rony.
Menurutnya, TAPERA membuat generasi Z menambah beban finansial yang sudah berat. Dengan biaya hidup yang terus meningkat dan pendapatan yang belum sebanding, alokasi dana untuk tabunganperumahan dirasa tidak realistis.
“Banyak Generasi Z yang bekerja dengan status kontrak atau freelance. Bahkan menurut data BPS,Generasi Z menyumbang 9,89 juta pengangguran. Kebijakan TAPERA yang bersifat wajib dinilai tidak adilbagi mereka yang pendapatannya fluktuatif.
Lanjut Rony, kebijakan ini kurang disosialisasikan dengan baik kepada generasi muda. Selain itu,proses pembuatannya dinilai kurang melibatkan partisipasi dari kelompok yang akan paling terdampak olehkebijakan ini, yaitu Generasi Z.
“Kami mengetahui bahwasanya TAPERA ditunda oleh Pemerintah, artinya TAPERA ini masih dimungkinkan untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, Pemerintah harus mendengarkan aspirasi kami, dan menciptakan solusi yang lebih inklusif. Generasi Z adalah masa depan bangsa, dankebijakan yang ada harus mendukung kami, bukan malah menjadi beban, tambah Rony”
M. Rony Syamsuri berharap bahwa kebijakan Pemerintah harus melihat keadaan lapangan, khususnya Gen Z yang menjadi subjek utama dalam bonus demografi Indonesia ke depan.