MATA INDONESIA, STOCKHOLM – H&M sebagai industri retail fesyen No.2 di dunia meluncurkan kebijakan penghematan biaya senilai 2 triliun rupiah. Ini akibat dari lemahnya keuntungan yang jauh dari perkiraan serta melonjaknya biaya input.
Eropa yang menjadi pusat H&M melakukan bisnisnya sedang dalam keadaan krisis ekonomi yang terlampau parah. Adanya konflik Ukraina, rekor harga energi, dan inflasi yang tinggi membebani kepercayaan konsumen. Ini juga mendorong rumah tangga mengurangi pengeluaran mereka karena bersiap untuk masa-masa yang lebih sulit.
Laba sebelum pajak bulan Juni-Agustus turun menjadi 60,9 juta dolar AS dari nilai sebelumnya yang mencapai 6,09 miliar dolar AS setahun sebelumnya.
Perusahaan tidak memberikan rincian di mana mereka berharap untuk melakukan penghematan biaya, tetapi mereka mengatakan manfaatnya akan terasa pada paruh kedua tahun 2023.
Saham H&M turun 3 persen pada pertengahan tahun ini yang menyebabkan total perununan tahun ini menjadi sangat signifikan yaitu senilai 43 persen.