MATA INDONESIA, JAKARTA – Sejalan dengan tema Hari Literasi pada 8 September 2022, Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) dan BesiBerani mengadakan alteraksi pesantren untuk meningkatkan literasi di dunia pendidikan dengan menggunakan film sebagai media pembelajaran para guru.
Peserta Alteraksi Pesantren kali ini adalah para anggota KGSB, terdiri dari para guru PAUD hingga SMA. Aktivitas literasi yang dilakukan menggunakan metode Alteraksi dengan film Pesantren sebagai materi pemantik. Alteraksi merupakan sebuah program yang menggunakan film dan metode fasilitasi sebagai alat bantu untuk membicarakan sekaligus mengalami beragam opini, pandangan, perasaan, dan pemikiran mengenai persoalan keragaman, keadilan, dan inklusi sosial dalam hidup sehari-hari
Film Pesantren adalah sebuah film dokumenter panjang karya Shalahuddin Siregar yang dibuat dengan pendekatan observasional. Film ini mengajak penonton menyelami kehidupan para penghuni Pondok Kebon Jambu Al-Islamy, salah satu pondok pesantren terbesar di Kabupaten Cirebon.
Menariknya, institusi pendidikan tradisional yang memiliki 2000an santri ini dipimpin oleh seorang ulama perempuan. Santri di Pondok Kebun Jambu dididik untuk menghargai dan mengasihi semua ciptaan Allah tanpa terkecuali. Film Pesantren telah diputar perdana di Ajang International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) pada akhir 2019.
“Melalui Alteraksi Pesantren ini, kami berharap para guru mendapatkan pengalaman baru dalam menggunakan film sebagai media pembelajaran serta pandangan mengenai keberagaman dan toleransi,” ujar Founder KGSB, Ruth Andriani.
Kegiatan Alteraksi ini diawali dengan menonton film Pesantren berdurasi sepanjang 96 menit, kemudian dilanjutkan dengan fasilitasi dari BesiBerani yaitu Tukar Pandang dan Lontar Suara. BesiBerani adalah sebuah inisiatif interferensi sosial melalui medium film yang telah merancang dan melaksanakan program Alteraksi sejak 2018.
“Alteraksi film Pesantren merupakan perwujudan nyata dari The ArtFull Of Pedagogy. Metode ini sangat mungkin bila diterapkan oleh para guru kepada para siswa dalam pengajaran sehari-hari,” kata Founder Guru BK, Ana Susanti.
“Metode Alteraksi bisa mengajak siswa untuk mengeluarkan pendapat dan rasanya. Dari film para siswa bisa mendapat hikmah apa yang bisa dipelajari selanjutnya. Selain itu, aktivitas dalam metode ini juga banyak dan menarik, sehingga siswa tidak mudah bosan,” ujarnya.