MATA INDONESIA, BANGKOK – Dolar AS yang kuat telah melemahkan cadangan internasional Bank of Thailand, tetapi bank sentral mengatakan posisi eksternal dan stabilitas keuangan Thailand tetap kuat.
Cadangan devisa bank turun menjadi 240 miliar dolar AS dari 278 miliar dolar AS pada awal tahun ini. Penurunan itu bukan hasil dari langkah-langkah untuk mendukung bath, melainkan berasal dari penilaian aset cadangan dalam berbagai mata uang yang dikonversi menjadi dolar.
Dolar lebih kuat berarti penilaian aset multi-mata uang dalam dolar menurun. Daranee Saeju, direktur senior pasar keuangan Bank of Thailand, mengatakan berlanjutnya apresiasi dolar memiliki efek pada cadangan devisa banyak negara.
Dia mengatakan cadangan devisa Bank of Thailand tetap dalam kondisi solid di 240 miliar dolar. Artinya ia mewakili 48 persen dari PDB Thailand. Thailand dengan ini menempati peringkat ke-12 secara global.
Pasar uang global sangat fluktuatif karena tingkat inflasi AS masih dalam level yang tinggi. Akibatnya, para investor mengharapkan Federal Reserve AS meningkatkan suku bunga acuan.
Daranee mengatakan “Tidak ada tanda-tanda arus keluar modal asing yang tidak biasa dari pasar Thailand,” dilansir dari Bangkok Post
Investor asing tahun ini telah membeli sekitar 160 milliar baht aset Thailand. Lebih dari 160 milliar baht dalam bentuk saham, kemudian 700 juta baht dalam bentuk obligasi.
Somprawin Manprasert, kepala ekonomi di Economc Intelligence Center (EIC), sebuah unit penelitian di bawah Siam Commercial Bank, memperkirakan baht akan menguat secara bertahap terhadap greenback. Hal tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi di Thailand.
Pendapatan dari sektor pariwisata pun lebih banyak karena banyak turis asing datang yang mendukung neraca berjalan negara. Hal tersebut mengendalikan Thailand ke posisi surplus pada akhir tahun ini.
Tingkat inflasi Thailand secara bertahap akan menurun pada kuartal keempat tahun ini. Menurut Somprawin, penurunan inflasi di Thailand akan terjadi lebih cepat daripada inflasi di AS.