MATA INDONESIA, JAKARTA – Varian Omicron virus Covid-19 semakin menyebar di Indonesia. Namun varian ini tak seganas varian Delta. Meski banyak yang juga yang mengalami gejala Long Covid.
”Long covid makin banyak saat Delta, pertama harus tahu definisinya, yakni pasiennya sudah sembuh dalam arti PCR negatif dan sudah pulang. Tapi gejala-gejala sisanya masih ada,” kata Dokter Spesialis Penyakit Paru RSUP Persahabatan Erlina Burhan, dalam Webinar Ilmiah RSUP Persahabatan “Mortalitas COVID-19 di Era Omicron, Sabtu 5 Maret 2022.
Long covid umumnya terjadi karena kasus berat. Hal ini berdampak pada banyak organ mulai dari organ neurologi, kemudian pencernaan, hepar atau hati, hingga jantung. ”Gejala yang paling umum adalah fatic kelelahan. 70 persen di banyak negara dan survei WHO juga mengatakan fatic adalah yang terbanyak,” kata dia.
Kemudian, biasanya terdapat gejala respirasi, yaitu batuk dan juga sesak dan ada gejala kardiologi, yaitu berdebar-debar. Bahkan ada juga gejala dari organ THT seperti tiba-tiba ada tinitus, merasa tidak enak di bagian telinga.
Dia juga mengatakan, hal lain yang mengganggu pada orang yang mengalami long covid sebenarnya adalah gejala untuk kognitif, seperti susah mengingat sesuatu, perlu konsentrasi, banyak lupa. Mood yang berubah-ubah seperti mudah sedih atau gembira hingga juga susah tidur
Untuk long covid akibat Omicron, Erlina mengaku, sekarang jarang menemukan gejala karena Omicron. Dia menyebutkan, Omicron tidak separah Delta. Kendati demikian, masyarakat tidak boleh abai dengan meremehkannya.
Data-data bahwa omicron ini menyebabkan long covid, kata dia hingga saat ini belum dan belum bisa disimpulkan secara signifikan. Jadi gejala long covid yang ada hanya secara umum, belum dibuktikan terkait dengan omicron atau tidak.