MATA INDONESIA, SANTIAGO – Muda dan milenial. Itulah gambaran politikus sayap kiri, Gabriel Boric yang terpilih menjadi presiden Chile setelah memenangkan putaran kedua Pilpres pada Minggu 19 Desember 2012.
Boric yang baru berusia 35 tahun berhasil mengalahkan kandidat presiden Chile lainnya, Antonio Kast yang merupakan politikus yang jauh lebih senior dari dirinya.
Mengutip AAP, Senin 20 Desember 2021, penghitungan 68 persen suara masuk dari 46.887 tempat pemungutan suara (TPS) menunjukkan Gabriel Boric memperoleh 55 persen suara. Sedangkan rivalnya, Jose Antonio Kast yang sering disamakan dengan sosok Donald Trump, hanya meraih 45 persen suara.
Itu membuat runoff head-to-head melawan Boric, yang sebenarnya berada dua poin di belakang Kast. Namun, dalam putaran kedua, Boric mampu membalikkan perbedaan dengan memperluas basisnya di Santiago. Dia memikat pemilih di daerah pedesaan yang tidak berpihak pada elite politisi. Misalnya, di wilayah utara Antofagasta, di mana dia menempati urutan ketiga dalam pemungutan suara putaran pertama, dia mengalahkan Kast sekitar 20 poin.
Kast mengakui kekalahan dan menelepon rivalnya untuk menyampaikan ucapan selamat kepadanya. Sedangkan para pendukung Boric berkumpul di pusat kota Santiago untuk merayakan kemenangan. Kast, yang memiliki sejarah membela kediktatoran militer Chile di masa lalu, sebenarnya unggul dalam putaran pertama pemungutan suara pemilihan presiden bulan lalu. Hanya saja, dia gagal mendapatkan mayoritas suara.
Aktivis Mahasiswa
Boric merupakan mantan aktivis semasa dirinya menjadi mahasiswa. Pada 2011, Boric pernah memimpin protes mahasiswa guna mendorong sekolah gratis di Chile.
Dengan rambut gondrong dan tato, Boric menjadi mahasiswa yang vokal menyuarakan kesejahteraan rakyat.
Ayah Gabriel Boric, Luis Boric, mengatakan anaknya itu telah berpikiran politik sejak usia muda. Boric kerap melukiskan kata-kata politik seperti “mari bersikap realistis, mari melakukan yang tidak mungkin, dan alasan membuat kekuatan” di dinding kamar tidur masa kecilnya.
Lulus dari perguruan tinggi, Boric memantapkan diri untuk meniti karier di ranah politik. Meski lulusan hukum, pria keturunan Kroasia dan Catalan itu tak pernah mengambil ujian profesi pengacara. Boric telah menjadi anggota parlemen Chile sejak tujuh tahun lalu. Itu menjadi pekerjaan politik pertama Boric.
Boric merupakan politikus partai Konvergensi Sosial berhaluan kiri. Ia dipilih koalisi parpol Approve Dignity sebagai kandidat presiden pada pemilu tahun ini.
Koalisi Approve Dignity terdiri dari Partai Komunis Chile dan enam partai lainnya dengan ideologi sosialis, demokrat, dan progresif.
Selama kampanye, Boric menggaungkan kesetaraan dan kesejahteraan sosial. Ia bahkan bersumpah menghapus model ekonomi neoliberal Chile yang dibawa saat era diktator Augusto Pinochet dan secara luas kerap mengesampingkan kelas mikin dan pekerja.
Selama ini, para lawan politiknya menganggap Boric tidak berpengalaman apa lagi untuk memimpin sebuah negara. Hal itu pun diakui sendiri oleh Boric. Ia mengakui bahwa dirinya punya “banyak hal yang harus dipelajari.”
Namun, para pendukung mengatakan sosok Boric yang tak dekat dengan elite penguasa mampu menjadikan dirinya pemimpin yang jauh dari kepentingan dan bisa mengutamakan kesejahteraan rakyat Chile.
Chile merupakan salah satu negara dengan tingkat kesenjangan pendapatan terbesar di dunia. Menurut PBB, 25 persen kekayaan dipegang oleh 1 persen penduduk di negara itu.
Namun, Chile menjadi salah satu negara Amerika Latin yang paling stabil dan maju perekonomiannya.