MATA INDONESIA, JAKARTA-Masyarakat dinilai masih meyimpan potensi daya beli yang tinggi terhadap sektor properti di masa pandemi. Hal itu disampaikan oleh Pengamat properti sekaligus CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda.
“Banyak masyarakat yang masih menyimpan potensi daya beli, meskipun menjadi terhambat dan memilih untuk wait and see yang lebih lama lagi,” kata Ali.
Menurut riset independen yang dilakukan oleh Indonesia Property Watch, pandemi yang mewabah sejak awal 2020 berdampak besar terhadap perekonomian nasional, termasuk sektor properti yang mengalami kontraksi cukup dalam.
Ali menyebut daya beli semua golongan masyarakat terganggu dan menurun. Para pengembang dihadapkan pada ketahanan daya tahan tiga sampai enam bulan.
Bila kondisi tidak membaik, maka banyak pengembang khususnya skala menengah bawah yang akan menghadapi seleksi alam pengembang.
“Di sisi lain sebagian pengembang terus berinovasi dengan produk dan sistem pemasaran mereka. Media digital saat ini menjadi satu-satunya platform distribusi dan komunikasi yang dapat dilakukan pengembang,” katanya.
Sebelumnya Ketua Umum Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Totok Lusida mengatakan anggotanya dengan berbagai inovasi di bidang teknologi digital terus berupaya bangkit.
Terbukti beberapa sektor properti terutama yang bergerak di sub sektor hunian mulai melakukan serah terima unit kepada konsumen. Bahkan beberapa pengembang besar di koridor timur dan barat Jakarta beramai-ramai merampungkan proyeknya.
Inovasi ini tidak hanya di bidang pemasaran yang memanfaatkan layanan digital agar pembeli dan penjual tidak perlu bertemu langsung. Namun juga memberikan keringanan dan fasilitas dalam hal bertransaksi melalui kerja sama dengan perbankan.