MATA INDONESIA, KABUL – Pengawas pemerintah Amerika Serikat (AS) mengungkapkan AS memotong bantuan ke Afghanistan. Hal ini dapat membahayakan Afghanistan -negara yang berada di antara Asia Tengah dan Asia Selatan, dan membuat negara tersebut kembali ke dalam kekacauan yang serupa, seperti tahun 1990-an.
“80 persen anggaran Afghanistan yang didanai oleh AS dan bantuan (internasional lainnya (dipotong). Jika, karena alasan apa pun, para pemberi bantuan terus menarik dana … maka itu bisa menyebabkan kematian mendadak pemerintah Afghanistan, seperti yang kita ketahui,” kata John Sopko, melansir Reuters, Selasa, 16 Maret 2021.
Peringatan John Sopko yang merupakan Inspektur Jenderal Khusus AS untuk rekonstruksi Afghanistan terkait sejarah berulang, mengacu pada anarki yang mengguncang Kabul setelah Uni Soviet mengakhiri pendudukan yang telah berlangsung antara tahun 1979-1989 dan menghentikan bantuannya kepada pemerintah Kabul.
Kekacauan membuka jalan bagi pengambilalihan Taliban. Di mana kelompok tersebut menyediakan tempat perlindungan bagi Osama bin Laden dan al Qaeda yang merencanakan serangan pada 11 September 2001 di Amerika Serikat. Invasi AS berikutnya ke Afghanistan mengakhiri kekuasaan Taliban.
Bantuan pembangunan tahunan internasional ke Afghanistan telah menurun dari 6,7 miliar dolar AS pada 2011, menjadi 4,2 miliar dolar AS pada 2019, menurut data Bank Dunia.
Sementara laporan terbaru mencatat para pemberi bantuan pada konferensi November menjanjikan setidaknya 3,3 miliar dolar AS untuk bantuan sipil selama setahun. Jika komitmen tahunan mereka tetap pada level itu hingga 2024, maka pendanaan akan menjadi 15 persen di bawah janji 2016, kata John Sopko.
Paman Sam yang secara perlahan mengurangi bantuan untuk Kabul, menjanjikan setidaknya 600 juta dolar AS setahun. Namun, nominal tersebut masih bisa berubah tergantung pada kemajuan dialog damai antara Taliban dan pejabat pemerintah.
Sopko menambahkan, apabila dana bantuan itu hilang, maka pemerintah Afghanistan akan kesulitan untuk berjuang dan gagal melawan Taliban serta kelompok ekstremis lainnya. Berdasarkan laporan Bank Dunia, Afghanistan membutuhkan 5,2 miliar dolar AS hingga tahun 2024 untuk mempertahankan perdamaian.
“Bahkan Taliban mengakui mereka sangat membutuhkan dukungan asing. Tanpa bantuan tersebut pemerintah jatuh,” tuntas John Sopko.