MATA INDONESIA, JAKARTA – Aksi teror sulit dideteksi bila melibatkan satu keluarga karena antar satu dengan yang lain mudah untuk bertemu dan saling berkomunikasi. Maka Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi mengingatkan bahwa pencegahan terorisme bisa dimulai dari keluarga dengan memperkenalkan toleransi antar sesama.
“Proses toleran harus dimulai dari keluarga , orang tua berikan pemahaman sejak dini trhadap anak-anak,” kata Islah kepada Mata Indonesia News, Senin 22 Februari 2021.
Ikatan keluarga ternyata bisa mempercepat proses radikalisasi karena di dalam lingkup inilah ada kepercayaan dan kesediaan berkorban. Maka sulit bagi mereka untuk berkhianat karena adanya hubungan yang intim.
Beberapa kasus yang melibatkan keluarga, sudah beberapa kali terjadi di Tanah Air. Mulai dari Surabaya pada tahun 2018, yakni terdapat wanita yang menggandeng dua anaknya untuk meledakkan bom bunuh diri.
Kemudian, ada Bom Sibolga pada tahun 2019 yang melibatkan seorang istri yang meledakkan bom bunuh diri bersama dengan anak-anaknya. Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris menegaskan bahwa fenomena ini terjadi karena adanya ajakan dari satu anggota keluarga kepada yang lain.
“Kalau dulu, (hanya) laki-laki atau sang suami yang ikut (dalam aksi teror) dan tidak membawa banyak pengaruh dengan membawa anak dan istri,” kata Irfan.
Melihat fenomena ini, maka penting untuk mencegah radikalisme mulai dari lingkup keluarga. Caranya bisa dengan memberikan pendidikan khusus kepada anak-anak pelaku teroris dan memberdayakan perempuan yang ditinggalkan keluarganya karena mengikuti aktivitas terorisme.