Terus Berinovasi, BPPT Perkuat Mitigasi Bencana dengan 3 Teknologi Terbaru

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Inovasi terus dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk menghadirkan teknologi yang bisa mereduksi risiko bencana di Indonesia.

“BPPT menggandeng berbagai stakeholder berusaha menghadirkan alat-alat untuk peguatan sistem peringatan dini berupa Buoy, Cable Base Tsunameter (CBT) dan Acoustic Tomografi,” ujar Kepala BPPT Hammam Riza dalam keterangannya, Sabtu 30 Januari 2021.

BPPT, kata Hammam berusaha merespon kejadian bencana baik yang diawali dengan prabencana dalam arti melaksanakan upaya riset dan inovasi untuk mitigasi bencana yang menjadi salah satu kegiatan utama BPPT sejak 2019.

Kemudian saat kejadian bencana, BPPT juga berupaya menghadirkan beberapa teknologi tanggap bencana yang sangat dibutuhkan. Pada siklus pascabencana, BPPT melakukan berbagai upaya rehabilitasi dan rekontruksi seperti membangun kembali kontruksi rumah yang tahan gempa.

“Selain itu BPPT juga menghadirkan berbagai solusi untuk melakukan prediktif modern seperti menggunakan kecerdasan artifisial dalam melaksanakan mitigasi,” katanya.

Apa yang BPPT lakukan dalam upaya melaksanakan mitigasi bencana, menurut Hammam sudah sesuai dengan Peraturan Presiden No 93 Tahun 2019 tentang Penguatan dan Pengembangan Sistem Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami.

Sejak 2019, misalnya, BPPT bersama dengan BMKG dan LIPI menghadirkan upaya untuk melakukan penguatan tsunami early warning system Hammam menambahkan bahwa Indonesia adalah bagian dari pada cincin api Pasifik yang terbentuk dengan lempengan dari Eurasia, Indo Australia dan Pasifik.

Secara umum bisa dilihat bahwa segala jenis bencana dapat ditemui di Indonesia. Dari sisi potensi, hal itu yang menyebabkan bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard).

Oleh sebab itu, kondisi geografis ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana dalam arti geofisikal dan bencana hidrometeorologi seperti gunung meletus, gempa bumi, longsor, tsunami, kebakaran hutan dan banjir.

“Reduksi resiko bencana dapat diatasi dengan penguatan riset dan inovasi teknologi untuk menghasilkan berbagai upaya dalam memberikan jawaban terhadap siklus kejadian bencana,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintahan Prabowo-Gibran Berkomitmen Mewujudkan IKN Sebagai Kota Ramah Lingkungan

Oleh: Dewi Ambara* Indonesia kini memasuki era baru dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Dipimpin oleh Presiden...
- Advertisement -

Baca berita yang ini