Ter Stegen Pahlawan Barcelona di Adu Penalti Semifinal Piala Super Spanyol

Baca Juga

MATA INDONESIA, BARCELONA – Marc Andre ter Stegen tampil bagus di semifinal Piala Super Spanyol dengan mementahkan dua tendangan di adu penalti. Tapi, Ronald Koeman memuji keberanian Riqui Puiq sebagai algojo kelima.

Berlaga di Stadion Anoeta, Kamis 14 Januari 2021 dini hari WIB, Barcelona bermain imbang 1-1 dengan Real Sociedad dalam waktu normal 90 menit.

Barcelona unggul lebih dulu melalui gol Frankie de Jong. Sociedad menyamakan skor berkat gol Mikel Oyarzabal. Skor imbang bertahan hingga 90 menit. Laga dilanjutkan dengan 2×15 menit, tapi tak ada lagi gol tercipta.

Dalam adu penalti, tiga pemain Sociedad gagal mencetak dimana dua di antaranya digagalkan oleh Ter Stegen, sedangkan satu tendangan lain membentur tiang. Dari kubu Barcelona, de Jong dan Antoine Griezmann yang gagal.

“Ini pertandingan yang bagus dan kedua tim bermain dengan intensitas tinggi. Kedua tim sama-sama punya peluang dan kami menghadapi tim bagus,” ujar Koeman, dikutip dari Marca, Kamis 14 Januari 2021.

“Kami lolos melalui adu penalti, tapi kami menderita di awal-awal pertandingan karena mereka menampilkan pressing tinggi. Setelah 15-20 menit, permainan kami baik-baik saja,” katanya.

Meski ter Stegen keluar sebagai pahlawan, Koeman justru memuji Puiq yang mau sebagai algojo penentu kemenangan Barcelona.

“Saya punya empat daftar nama untuk tendangan penalti. Saya bertanya siapa yang mau menjadi penendang kelima dan Riqui mengajukan diri. Dia menjalankan tugasnya dengan baik,” tuturnya.

Di final, Barcelona akan menunggu pemenang antara Real Madrid dan Athletic Bilbao yang akan bertanding dini hari WIB nanti.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini