MATA INDONESIA, JAKARTA – Layang-layang ini menari dengan gagah. Melambai, meliuk, dan sesekali berdiri gagah mendekati awan. Ukurannya besar. Memiliki berat 707 kilogram dengan bentangan sayap sepanjang 11,3 meter. Tubuhnya berukuran 15 meter dengan ekor sepanjang 250 meter. Itulah layang-layang Naga Raja. Diterbangkan pada Minggu 11 Agustus 2019 di Pantai Mertasari Sanur Bali.
Layangan ini jenisnya layangan janggan. Dibuat oleh Sekaa Teruna Dhananjaya, Banjar Danginpeken, Desa Adat Intaran, Sanur Kauh, Denpasar tahun 2016 dengan menghabiskan biaya sebesar Rp 120 juta.
Pada tahun 2016 layangan janggan raksasa ini berhasil menorehkan namanya di Museum Rekor Indonesia sebagai layangan tradisional jenis janggan terbesar dan terpanjang di Indonesia.
Mengutip Beritabaik, Ketua Seksi Layangan Banjar Dangin Peken, Sanur, Kadek Suprapta Meranggih menyatakan layang-layang ini diterbangkan pada lomba layang-layang Piala Dhananjaya ke-2. Menurutnya ini adalah momen kali terakhir Naga Raja diterbangkan. ”Naga Raja telah menarik antusias masyarakat. Banyak permintaan untuk layangan ini diterbangkan. Sementara itu ukuran layangan ini raksasa, jadi butuh ratusan orang dan puluhan kendaraan untuk mengangkut logistik layang-layang ke lokasi,” kata Kadek Suprapta kepada BeritaBaik.
Menurut Kadek, Naga Raja akan mesineb (diistirahatkan) dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. “Kami memutuskan untuk Naga Raja mesineb. Mungkin beberapa tahun lagi akan diwangun (dibangunkan) kembali setelah ada wangsit atau oleh semangat dari Sekaa Teruna generasi selanjutnya,” ujarnya.
Sementara itu momen diterbangkannya layangan janggan raksasa Naga Raja untuk yang terakhir kali turut dihadiri Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra dan Wakil Ketua DPRD Denpasar, I Wayan Mariana Wandira yang juga Ketua Persatuan Layang-layang Indonesia (Pelangi) Denpasar.
Wali Kota Rai Mantra menyampaikan apresiasinya pada Sekaa Teruna Dhananjaya atas masterpiece layangan janggan raksasa Naga Raja. Ia menilai Naga Raja menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Bali dan Denpasar khususnya untuk menjaga tradisi Rare Angon.
Reporter : Handika Maulana Iqbal